Maya tidak menginginkan apapun, namun tidak dengan anaknya yang harus mengorbankan masa kecilnya yang seharusnya dipenuhi dengan bermain dan belajar tanpa beban.
“Ketika anak-anak minta jajan, kadang saya hanya bisa bilang tunggu dulu. Hatiku hancur, tapi aku hanya bisa bersabar,” kata Maya sambil menyeka air mata.
Ia tahu bahwa anak-anaknya seharusnya menikmati masa kecil dengan bermain dan belajar, bukan menemani ibunya bekerja di jalanan. Namun, keadaan memaksanya untuk membawa mereka karena tidak ada orang yang bisa menjaga di rumah.
Kisah Maya adalah contoh nyata betapa kuatnya tekad dan semangat dalam menghadapi tantangan hidup. Semoga perjuangannya dapat menginspirasi kita semua betapa sulitnya jalan yang harus dilalui untuk pantang menyerah. Meskipun wajah ceria batin tersiksa. (*)