PADANG, HARIANHALUAN.ID—Aroma semen masih tercium dari dinding dan lantai bangunan baru di sebuah gang sempit kawasan Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh. Di sanalah, Novrida dan suaminya Muharjen kini menetap bersama lima anak mereka—setelah hampir dua dekade tinggal di rumah reyot warisan keluarga yang nyaris roboh.
Sebelumnya, keluarga ini menempati sebuah rumah gadang pusako tinggi, rumah adat Minangkabau yang boleh dihuni namun tidak bisa dijual. Di balik nilai adat yang luhur, rumah kayu itu menyimpan kisah getir: tanpa kamar, atap bocor, dinding lapuk, dan seluruh anggota keluarga tidur berdesakan dalam satu ruangan.
“Dulu kami tidur bersama anak-anak di rumah gadang yang sudah lapuk itu. Sekarang, kami bersyukur punya rumah sendiri, berdiri di samping rumah tua yang dulu kami huni,” ucap Novrida lirih, saat peresmian rumah barunya, Senin (21/7).
Perubahan hidup ini bermula dari upaya Novrida mencari bantuan pengobatan untuk anaknya yang mengalami kecelakaan. Saat itulah ia bertemu dengan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS PT Semen Padang. Setelah proses survei dan verifikasi, Novrida dinyatakan layak menerima program Bedah Rumah Layak Huni.
Kini, berdiri rumah permanen berukuran 4×6 meter di atas tanah pusako mereka — bukan sekadar tempat berteduh, tapi ruang penuh martabat. Tempat tumbuhnya harapan baru.
“Saya tidak menyangka akan dibantu hingga dibangunkan rumah. Terima kasih untuk UPZ BAZNAS dan seluruh karyawan Semen Padang. Ini berkah yang tak pernah saya bayangkan,” ujar Novrida dengan mata berkaca.
Muharjen menambahkan, “Kami sangat berterima kasih kepada UPZ BAZNAS Semen Padang. Semoga PT Semen Padang semakin jaya ke depannya.”