Ketua UPZ BAZNAS Semen Padang, Iskandar S. Taqwa, menjelaskan bahwa impian Novrida dan Muharjen memiliki rumah sendiri sudah dimulai sejak 10 tahun lalu, ketika mereka membangun pondasi rumah di atas tanah milik pribadi. Namun, keterbatasan ekonomi membuat pembangunan itu terhenti.
“Alhamdulillah, kini mereka bisa menempati rumah yang layak, aman, dan nyaman. Ini bagian dari komitmen UPZ BAZNAS untuk meningkatkan kualitas hidup dhuafa dan fakir miskin di sekitar wilayah perusahaan,” jelas Iskandar.
Ia menyebutkan, sejak 2024 hingga pertengahan 2025, sebanyak 11 rumah telah dibedah. Tahun ini, tiga unit rumah menjadi target bantuan. Dana program ini berasal dari zakat karyawan PT Semen Padang yang disalurkan secara transparan dan akuntabel.
Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang, Iskandar Z. Lubis, mengapresiasi peran UPZ dalam menyelenggarakan program yang menyentuh langsung masyarakat.
“Ini bukan sekadar tanggung jawab sosial, tapi bukti nyata kehadiran perusahaan di tengah masyarakat. Harapannya, lebih banyak warga bisa merasakan manfaat zakat karyawan,” ujarnya.
Program Bedah Rumah Layak Huni yang dijalankan oleh UPZ BAZNAS Semen Padang tak hanya menyentuh aspek kemanusiaan, tetapi juga sejalan dengan visi pembangunan nasional. Bantuan ini mencerminkan semangat pemerataan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin, sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden RI—khususnya pada poin kelima tentang peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dan poin kedelapan yang menekankan revolusi karakter bangsa berbasis nilai kepedulian dan gotong royong.
“Program seperti ini bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung arah pembangunan nasional. Melalui zakat karyawan, kita mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat dan menumbuhkan karakter bangsa yang peduli, sebagaimana diamanahkan dalam Asta Cita Presiden,” ujar Iskandar Z. Lubis, Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang.
Kini, ketika malam tiba dan angin menyusup melalui dinding baru yang kokoh, keluarga Novrida tak lagi harus menampung bocoran air hujan dengan ember. Anak-anak mereka bisa belajar tanpa takut basah, dan tidur tanpa rasa waswas. Dari rumah kecil inilah, harapan besar tumbuh—berawal dari kepedulian yang nyata. (*)