PADANG, HARIANHALUAN.ID — Angka pengangguran di Kota Padang terus merangkak naik. Ironisnya, kondisi ini bukan hanya dipicu terbatasnya lapangan kerja, melainkan juga kegagalan pendidikan vokasi dalam menjawab kebutuhan riil tenaga kerja lokal.
Ketua Konsorsium Pendidikan Tinggi Vokasi Sumatera Barat (Sumbar), Nurul Fauzi, menyebut banyak program studi vokasi lebih sibuk mengejar tren nasional dan global, ketimbang menyesuaikan dengan sektor unggulan di daerah.
“Kalau dilihat dari kacamata pendidikan vokasi, penyebabnya bukan semata-mata kurangnya lapangan kerja. Namun, ada persoalan relevansi. Program studi yang tersedia lebih mengikuti tren besar secara nasional bahkan global, sementara kebutuhan nyata di daerah seringkali tidak terakomodasi,” ujarnya kepada Haluan, Selasa (9/9/2025).
Ia mencontohkan sektor pariwisata, yang sebenarnya tengah berkembang pesat di Sumbar, tetapi jumlah program studi pariwisata di lembaga vokasi masih sangat terbatas. Bahkan, jurusan yang ada belum mengakomodasi kekhasan pariwisata Sumbar.
“Kalau bicara pariwisata, di Sumbar ini potensinya luar biasa. Tetapi prodi pariwisata di vokasi sangat terbatas. Kalaupun ada, belum menyentuh kekhususan. Padahal pariwisata Sumbar punya keunikan tersendiri, tidak bisa disamakan dengan daerah lain,” katanya.
Selain itu, sektor pertanian juga dinilai terpinggirkan. Nurul menegaskan pertanian masa kini membutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi modern. Namun, jurusan pertanian di pendidikan vokasi tidak populer di kalangan pelajar.
“Padahal kebutuhan di lapangan sangat tinggi. Akibatnya, lulusan tidak lagi cocok dengan pasar kerja lokal,” ucapnya.
Menurut Nurul, sejumlah jurusan memang relevan untuk kebutuhan global, seperti digital. Namun, untuk kebutuhan daerah, masih banyak yang belum terjawab. Kondisi ini membuat lulusan SMK kesulitan menembus pasar kerja, baik lokal maupun nasional.