PADANG, HARIANHALUAN.ID — Anggota Komisi XIII DPR RI, H. Arisal Aziz, memberikan apresiasi luar biasa kepada para pemenang iven Cerdas Qur’an Sumbar 2025 yang digelar Padang TV. Kegiatan ini dinilai sebagai wadah positif dalam melahirkan generasi muda Qur’ani yang penuh prestasi dan dedikasi terhadap Al Qur’an.
Tak tanggung-tanggung, Ketua DPW PAN Sumbar tersebut menghadiahkan umrah untuk 11 orang, terdiri dari enam orang pemenang, tiga orang juri, satu orang guru, serta seorang hafiz Qur’an 30 juz. Keputusan ini disebutnya lahir secara spontan sebagai bentuk penghargaan sekaligus rasa syukur.
“Jujur, saya sangat tersentuh dan bangga mendengar lantunan ayat Al Qur’an yang anak-anak kita bacakan. Jadi spontan saja terfikir oleh saya untuk mengumrahkan pemenang, guru, dan juri,” ujar H. Arisal Aziz kepada awak media di Padang, Jumat (12/09/2025).
Lebih lanjut, ia menyebut hadiah umrah ini merupakan bentuk syukur sekaligus kebanggaan atas hadirnya generasi Qur’ani di Ranah Minang. “Alhamdulillah, ini adalah wujud syukur saya. Semoga hadiah ini bisa menjadi kebahagiaan besar bagi anak-anak, guru, dan para juri,” tambahnya.
Menurut Arisal Aziz, para pengajar Qur’an dan mereka yang mendalami Al Qur’an adalah golongan mulia yang harus dihormati. Karena itu, perhatian tertinggi sepatutnya diarahkan kepada guru serta insan yang menekuni ilmu Al Qur’an.
“Saya hormat dan sangat menghargai para guru serta anak-anak pembelajar dan penghafal Qur’an. Terima kasih dari hati saya yang terdalam. Guru dan murid adalah cahaya bagi Ranah Minang. Semoga kampung halaman kita selalu dijaga Allah,” harapnya.
Arisal menegaskan, belajar Qur’an bukan hanya amalan ibadah, tetapi juga benteng hidup dunia-akhirat serta benteng masa depan nagari. Ilmu Al Qur’an, menurutnya, adalah senjata ampuh untuk melindungi generasi bangsa dari berbagai bentuk kenakalan remaja dan arus negatif zaman.
“Kita khawatir dengan ancaman degradasi moral, dan ilmu Al Qur’an adalah bentengnya. Lisan yang selalu terjaga dengan bacaan Qur’an tidak akan mungkin berkata kotor. Fenomena bahasa kasar adalah tanda lisan yang jauh dari Al Qur’an. Sekali lagi, hormat saya untuk guru dan siswa pembelajar Qur’an,” tutup H. Arisal Aziz.(h/rel/isr)