“Secara keilmuan apabila terjadi gempa dan tsunami maka sikap pertama adalah mencari tempat aman. Kalau di lantai dasar keluar gedung untuk mencari titik aman. Kalau di lantai atas maka tempat aman di bawah meja kokoh atau titi lain yang dinilai aman,” ujar Buya Maigus Nasir usai simulasi.
Lebih lanjut, dia menyebut bahwa ketika gempa telah benar-benar selesai maka hal yang tidak kalah penting adalah mencari shelter terdekat untuk antisipasi terjadinya tsunami.
“Jadi tidak mencari kendaraan tapi tempat shelter. Seperti di SMP N 25 yang merupakan salah satu bangunan shelter untuk siswa, guru, dan warga sekitar,” ujarnya.
Menurut Maigus Nasir, simulasi gempa dan tsunami adalah salah satu bentuk implementasi dari Program Unggulan Padang Sigap dalam upaya memastikan kesiapsiagaan warga ketika dihadapkan dalam situasi gempa dan tsunami.
“Antusiasme warga cukup tinggi (ikut simulasi) karena kita sudah pernah mengalami gempa besar pada 2009 silam,” pungkasnya. (*)














