Laporan : Yesi Deswita (Wartawan Haluan Kota Padang)
PADANG, HALUAN – Komunitas Berbagi Nasi Padang terlahir kembali setelah sempat vakum pada tahun 2016.
“Awalnya komunitas ini berdiri pada tahun 2013. Pada 2016 sempat vakum. Kemudian kami berinisiatif untuk reborn (menghadirkan kembali) berbagi nasi Padang ini,” ujar Yudha salah seorang founder kepada Haluan, Jumat (7/11).
Yudha menambahkan selain dirinya ada banyak tim lainnya dalam berbagi nasi padang. Diantaranya Deska Poppy, Ega Stefani, Ikhsan, Yayan dan beberapa orang teman-teman lagi.
“Rules (peraturan) nya kita tidak pernah meribetkan dengan aturan yang ada. Siapapun yang ingin berpartisipasi ayok. Tidak ada ketua, semua sama. Pelajar, mahasiswa, yang kuliah siapapun yang mau ikut boleh, yang penting ikut berbagi. Yang capek dan ingin menepi dulu juga kita tidak memaksa,” ujarnya.
Ia menekankan kegiatan sosial ini tidak mengharapkan keuntungan materil apapun.
“Benefit tidak ada selain pahala dan kebahagiaan,” ucapnya.
Dikatakannya Yudha, ada beberapa hal yang melatarbelakangi kegiatan ini. Diantaranya karena masih banyak masyarakat yang kelaparan, dan perilaku prososial masing-masing tim.
“Latar belakang keresahan kurangnya perhatian pemerintah pada rakyat miskin tanpa ada kepedulian mereka. Di Padang masih banyak gelandangan tidur di emperan, banyak yang kelaparan, belum makan beberapa hari,” kata dia.
Selain itu ia pribadi juga sering melakukan kegiatan serupa saat di Bandung, Depok dan Bali.
“Kalau pribadi dulu sempat ikut kegiatan ini di beberapa daerah yang pusatnya di Bandung. Waktu merantau di Depok juga. Pernah juga berbagi nasi di Bali. Nah pas balik ingin menggerakkan kegiatan ini dengan nasi Padang,” ujarnya.
Dari power of sosmed, dibantu rekanan dari salah satu media sosial di Sumbar (info sumbar), terbentuklah inisiatif untuk memulai kegiatan ini lagi.
Meskipun nama komunitas ini Berbagi Nasi Padang, tapi kegiatannya bukan hanya berbagi nasi. Banyak sekali kegiatan menarik lainnya. Seperti berbagi kebahagiaan di Panti Asuhan dengan mengajak anak panti liburan, ke bioskop, ke Alahan Panjang, Bukittinggi.
“Kita pikir mereka ada bosan. Kita ajak jalan-jalan. Ternyata juga ada beberapa yang baru pertama kali naik kereta, pertama kali beli baju lebaran. Disitu membuat kita terenyuh,” tutur Yudha.
Komunitas ini juga membawa bersama adik-adik panti gunting rambut gratis dan berbagi bersama. Karena tradisi sebelum lebaran gunting rambut biar rapi.
Selain itu, saat bencana komunitas ini juga langsung turun ke lapangan di hari pertama membagikan hingga 4 kloter bantuan. Seperti saat gempa di Pasaman atau bencana galodo waktu itu.
“Kita berbagi nasi atau sembako. Saat ini juga ada whatsapp center siapapun boleh menghubungi kita minta makanan dan sembako asal benar-benar membutuhkan. Kita akan verifikasi siapa yang menerima,” jelasnya.
Satu lagi bulan ramadan mereka juga berbagi sahur on the street. Kegiatan ke panti jompo, menghibur kakek-kakek, nenek-nenek.
“Karena ternyata selain bantuan yang mereka butuhkan perhatian. Nonton sama-sama. Mereka juga butuh perhatian. Pernah juga ada program ke Panti Asuhan Bina Grahita. Anak-anak luar biasa per enam bulan. Tidak ada kegiatan terlalu formal, yang penting mereka nyanyi-nyanyi. Mereka bahagia, kita lebih bahagia,” ujarnya.
Komunitas ini memiliki beberapa kriteria penerima bantuan, yaitu tidak pengemis, badut dan sejenisnya.
“Karena mereka sudah kaya. Kita sudah pernah survey. Mereka punya pendapatan besar. Rp300-Rp500 ribu sehari. Pernah kita survey beberapa tempat. Kita juga tidak akan ngasih di beberapa area, karena area itu sudah dijadikan tempat modus operan para pengemis yang menyamar jadi pengemis dadakan. Seperti di A. Yani, Sawahan, Sudirman. Kita tidak akan pernah memberikan karena akan membiarkan mereka jadi seperti itu terus. Dan bahkan ada mereka sengaja datang dari luar kota ada melihat peluang memanfaatkan kebaikan orang-orang di Padang,” jelasnya.
Namun diluar itu, siapapun akan dikasih yang penting ada standar tertentu. Bahwa dia berusaha.
“Kita juga mempunyai feeling apakah dia pantas atau tidak. Pokoknya melihat itu minimal tidak kayak bergerombolan.
Kita memilih ke tukang ojek yang sudah tua, kita ke kampung-kampung. Jadi lihat siapa yang membutuhkan,” ujarnya.
Kegiatan utama berbagi nasi Padang ada di hari Senin-Kamis untu kanak-anak panti asuhan yang berpuasa.
Kemudian di Jumat dan minggu berbagi nasi keliling Kota Padang, blusukan. Mencari target dengan berkeliling. Berbagi kebahagiaan bersama adik-adik panti hingga mengajak mereka liburan dan ke bioskop.
“Makna yang didapatkan lebih bersyukur, jadi lebih tau banyak yang untuk sekedar makan aja bingung. Jadi pribadi kita lebih tidak merisaukan tentang rezeki. Untuk mendapatkan rezeki tidak risau. Kita yakin berusaha aja. Rezeki sudah ditakar. Hidup lebih tenang, bahagia aja. Dan bersyukur dari apa yang didapat,” ucapnya.
Pengalaman unik yang ditemukan saat bertemu ODGJ, kalau udah kenyang mereka menolak.
“Pengalaman unik. Mereka bilang kenyang, kasih saja ke yang lain. Walaupun dengan marah tapi kita paham maksudnya. Beda dengan warga biasa, kalau udah dikasi satu minta lagi. Buat ini buat itu. Nampak perbedaannya,” ucap Yudha.
Walaupun tidak semua, ada juga yang mampu tapi mereka menolak. Kasih yang lain aja. Tapi kebanyakan ditemukan manusia tidak pernah puas dan bersyukur.
Hal unik lain saat bencana alam, manusia tidak pernah puas, tidak pernah memikirkan manusia lain. Yang penting untuk dirinya saja.
“Sebagai manusia kapasitas kita terbatas juga. Bukan membatas-batasi tapi harus memikirkan orang lain juga,” ucapnya.
Setelah beragam pengalaman ini, Yudha berpesan untuk masyarakat agar lebih banyak bersyukur dan saling melihat sekitar kita.
“Tetangga sekitar kita. Karena berbagi itu orang terdekat kita dulu baru ke orang lain. Lihat dulu ada yang belum makan. Itu kita lihat saat berada di komunitas berbagi nasi Padang itu,” ucapnya.
Apalagi saat kita buka call center nasi darurat. Banyak yang ternyata malu, padahal lapar. Banyak juga yang untuk sekedar makan aja susah. Meskipun banyak juga yang modus.
“Kalau untuk pemerintah kita harapnya lihat lagi ke bawah. Jangan hanya perhatian dengan circle mereka. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,” ucapnya menutup. (*)














