Seperti diketahui, terdapat tujuh risiko yang dialami anak, keluarga, dan lingkungannya apabila kebutuhan imunisasi tidak terpenuhi tepat waktu. Seperti anak lebih rentan mengalami sakit berat. Anak yang tidak menerima imunisasi lengkap dan tepat waktu akan lebih rentan mengalami berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, seperti hepatitis, TBC, batuk rejan, dan difteri. Selain itu, anak yang tidak diimunisasi juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan lain. Seperti ketika anak terkena campak, sering mengalami komplikasi seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi.
Kemudian jika imunisasi tidak lengkap, berkemungkinan anggota keluarga lain turut sakit berat menjadi lebih tinggi. Anak yang sedang sakit dan tidak menerima imunisasi lebih berisiko menulari orang lain di sekitarnya. Begitu pula sebaliknya; anak yang tidak diimunisasi lebih berisiko tertular penyakit.
Selain itu, anak yang tidak Imunisasi lengkap mungkin ikut menyebabkan wabah penyakit di lingkungan. Kemudian sakit dan komplikasi penyakit menimbulkan biaya tinggi untuk pengobatan dan perawatan.
Terjadi penurunan kualitas hidup, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi memiliki risiko komplikasi yang mengakibatkan disabilitas tetap. Contohnya, campak yang dapat menyebabkan kebutaan. Ada pula kelumpuhan sebagai gejala terberat yang dikaitkan dengan polio karena dapat menimbulkan disabilitas permanen dan kematian.
Selain itu, anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan berisiko penurunan harapan hidup. Vaksinasi yang tidak lengkap menyumbang kepada penurunan angka harapan hidup. Sebaliknya, imunisasi lengkap hingga anak berusia lima tahun dapat meningkatkan angka harapan hidup.
Bahkan, beberapa negara mensyaratkan imunisasi lengkap bagi warga asing yang hendak berkunjung. Jika tidak diimunisasi, anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di negara-negara ini.(*)