PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pemerintah Kota Padang komitmen dalam pengurangan dampak risiko bencana tsunami. Hal ini tidak terlepas dari Kota Padang rawan akan gempa dan tsunami. Pemko Padang memasang 25 blue line (garis biru sebagai penanda batas aman tsunami).
“Di Padang terdapat 25 buah marka blue line, 20 papan informasi dan 6 unit rambu, sirene EWS, Pusdalops PB. Selain itu didukung juga dengan Padang Command Center 112 untuk layanan kedaruratan,”ujar Wali Kota Padang Hendri Septa, Senin (6/5).
Hendri Septa mengatakan starategi dipersiapkan Pemko Padang untuk pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Padang. Salah satunya adalah dengan memperkuat kebijakan dan kelembagaan, pengkajian risiko dan perencanaan terpadu serta kerja sama di bidang kebencanaan.
“Selain itu, penguatan uji sistem peringatan dini pada tanggal 26 setiap bulannya, pemasangan rambu-rambu dan papan informasi, pemasangan tsunami safe zone, uji kelayakan bangunan potensial shelter,”katanya.
Dikatakannya, di Padang saat ini terdapat 43.550 rumah sudah teredukasi oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB) tentang kebencanaan. KSB melakukan penyuluhan kebencanaan secara ‘door to door’sehingga masyarakat mendapat informasi yang akurat.
Selain itu di Kota Padang hingga saat ini sudah mempunyai 151 sekolah tangguh bencana (Satuan Pendidikan Aman Bencana) dan 25 kelurahan tangguh bencana.
“Pemko Padang juga berkomitmen berkolaborasi dengan BMKG, Kogami dan masyarakat dalam tsunami ready community. Dua kelurahan Kota Padang mendapatkan pengakuan dari UNESCO-IOC sebagai kelurahan siaga tsunami atau Tsunami Ready Community (TRC). Dua kelurahan itu adalah Kelurahan Purus dan Kelurahan Lolong Belanti,” ungkapnya.
Di setiap tanggal 30 September katanya, juga diperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Kota Padang yang diperingati sejak tahun 2010 lalu, sebagai upaya menumbuhkan rasa dan sikap kesiapsiagaan bencana.
“Bukan hanya untuk sekadar peringatan, tetapi ini sebagai pengingat bagi kita agar tidak jumawa dalam menghadapi bencana. Kemudian juga digelar ‘Cofee Morning’ setiap bulannya dengan stakeholder kebencanaan yang membahas isu pengurangan risiko bencana,” sebutnya. (*)