PADANG, HARIANHALUAN.ID– Puskesmas Lubeg Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, meluncurkan inovasi Sehatkan dan Unggulkan Pertumbuhan Anak dengan Edukasi Gizi Interaktif (Super KID) dalam program pengentasan stunting.
Inovasi ini merupakan kolaborasi dengan dokter ari Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pencetus inovasi Super KID, Muhammad Arief, menjelaskan bahwa inovasi tersebut bertujuan mengedukasi para ibu, mulai dari calon pengantin (catin), ibu hamil, hingga ibu yang memiliki anak usia 9 bulan hingga 2 tahun, agar dapat memberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhan usia anak.
Inovasi Super KID lahir hasil penelitian yang mengidentifikasi empat permasalahan utama dalam stunting yaitu kurangnya pemahaman terkait gizi, pemberian makanan yang tidak sesuai usia dan kebutuhan, rendahnya kesadaran untuk ke posyandu, dan tidak membawa KIA saat ke posyandu.
“Dengan Super KID, kita berupaya memperbaiki hal tersebut dengan berkolaborasi bersama para kader posyandu,” tambah Arief.
Arief menjelaskan, bahwa setiap kader posyandu akan memantau pola makan anak, melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi serta berat badan, kemudian mencatat hasilnya ke dalam buku KIA.
Setiap bulan, kader akan memantau tumbuh kembang anak. Jika anak berada di bawah garis merah atau sejajar dengan garis merah, kader akan berkoordinasi dengan puskesmas untuk melakukan intervensi. Jika dibutuhkan, anak akan dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
Program Super KID juga akan berkolaborasi dengan inovasi Dapur Sehat Go Gizi (Dagozi) milik Kecamatan Lubuk Begalung.
“Jadi nantinya makanan yang disiapkan di Dagozi akan dipantau dan dicatat, apakah memang dimakan atau tidak oleh si anak,” kata Arief.
Inovasi ini selain melakukan edukasi terkait gizi, juga menekankan setiap upaya yang dilakukan agar tercatat dengan baik, sehingga mudah untuk dievaluasi. Dengan demikian, penanganan yang paling tepat dapat ditentukan berdasarkan data yang akurat.
“Intinya, inovasi ini selain melakukan edukasi terkait gizi, juga menekankan setiap upaya yang dilakukan tercatat, sehingga mudah untuk melakukan evaluasi, yang selanjutnya menentukan penanganan yang paling tepat,” katanya (*)