Bang Kapsul Si Pengepul Barang Jadul

MENGINGAT MASA LALU – Aldo (32) menyusun koleksi produk yang dijual pada era tahun 80’an di galeri kapsul miliknya di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Selasa (22/10). Ia berhasil mendapatkan keuntungan dari hobinya yang mengoleksi barang-barang jadul dan sekilas mengingat memori di masa lalu. IRHAM

MENGINGAT MASA LALU – Aldo (32) menyusun koleksi produk yang dijual pada era tahun 80’an di galeri kapsul miliknya di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Selasa (22/10). Ia berhasil mendapatkan keuntungan dari hobinya yang mengoleksi barang-barang jadul dan sekilas mengingat memori di masa lalu. IRHAM

PADANG, HARIANHALUAN.ID— Sukses menjadi kolektor barang-barang antik membawa Rivaldo seorang pemuda asal Kota Padang dibanjiri tawaran kerja sama. Namun baginya mengumpulkan barang-barang lama tersebut memiliki nilai-nilai nostalgia yang bahkan kenangannya tidak bisa dibeli dengan uang.

Rivaldo atau yang kerap disapa Bang Kapsul merupakan seorang kolektor asal KotaPadang yang hobi mengoleksi barang-barang antik. Dirinya merupakan pemilik Galeri.Kapsul Waktu Nusantara yang ada di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.

Semula, dirinya hanya iseng bolak-balik majalah jadul seperti Majalah Gadis, Femina, Kartini dan sebagainya. Dari yang awalnya hanya melihat iklan barang-barang jadul, muncullah ketertarikan untuk mencari dan mengumpulkan barang-barang tersebut.

“Tapi, saya berpikir, mustahil barang-barang ini masih ada dijual di pasaran. Tapi saya tidak menyangka bisa mengumpulkannya sampai saat ini,” tutur Rivaldo kepada Haluan, Selasa (22/10).

Ia mengakui, menjadi kolektor barang-barang antik tersebut mulai ia lakukan sejak tiga tahun terakhir pada awal tahun 2021. Sedangkan berminat dan hobi terhadap barang-barang tersebut sudah berjalan selama lima tahun terakhir.

Barang-barang antik yang dikoleksi olehnya terdiri dari buku-buku tua, kosmetik, peralatan mandi dan lebih mencakup kepada produk kelontong. Koleksi produk paling lama yang dimilikinya merupakan produksi tahun 1930 berupa produk kosmetik dan obat-obatan jadul.

“Selain itu, saya juga mengoleksi banyak koin dan uang jadul zaman belanda mulai dari tahun 1881. Kalau barang jadul yang paling sulit ditemui adalah kosmetik,” katanya.

Ia menyebutkan, strategi mengumpulkan barang antik tersebut dengan cara hunting. Untuk mencari produk jadul, dirinya harus menyasar toko-toko tua yang khusus menjual barang-barang kuno tersebut.

“Produk ini pastinya tidak lagi dijual di pasaran. Ada pasar atau toko khusus yang menjual barang-barang ini. Berbeda dengan koin atau uang kuno yang masih umum ditemui di pasaran dan masih banyak kolektornya. Kalau barang-barang kuno seperti ini, saya memang harus hunting langsung ke lokasi,” ujarnya.

Di Sumatra Barat, katanya ada beberapa daerah yang pernah dijelajahi untuk hunting barang-barang tersebut, seperti daerah Rimbo Panti Pasaman.

“Rimbo Panti Pasaman salah satu tempat hunting di Sumbar paling jauh yang saya jelajahi. Tempatnya seperti kedai yang menjual barang-barang harian lengkap, namuntoko tersebut tidak lagi beroperasi,” katanya.

Dari keseluruhan barang-barang jadul yang dikumpulkannya, dirinya mengatakan bahwa ada nilai-nilai memorabilia yang akan membawa seseorang mengingat kembali masa-masa remaja.

“Dengan melihat, meme-gang, serta mencium bau ba-rang-barang antik tersebut,orang-orang akan tenggelam kembali ke dalam kenangan mereka pada zaman dahulu sehingga akan menjadi kesan tersendiri bagi mereka,” ujarnya.

Melalui hobi tersebut, kata Rivaldo, dirinya berharap bisa membuka sebuah galeri vintage yang lebih besar dan dipadukan.dengan coffee shop ala-ala vintage sehingga bisa dijadikan objek untuk mengenang kembali masa muda.

“Jadi orang-orang yang berkunjung ke galeri tersebut bukan hanya untuk sekadar ngopi, tapi juga turut merasakan kenangan lama dan larut dalam nostalgia. Kita akan menyediakan kopi ala kampung.lengkap dengan snack zaman dulu,” tuturnya.

Ia mengaku bahwa dirinya senang menjalankan hobi mengumpulkan barang-barang kuno tersebut secara solo daripada memiliki keterikatan dengan orang lain. Namun begitu, dirinya tak luput dari tawaran kontrak kerja dari berbagai daerah.

“Saya senang melakukannya secara independen karena merasa lebih aman dan tenang,” katanya.

Rivaldo mengaku, biaya yang sudah dikeluarkannya untuk mengumpulkan barang-barang kuno tersebut sudah mencapai belasan hingga puluhan juta, karena menurutnya hobi tersebut merupakan hobi low budget.

“Budget tidak bikin pusing.Yang membuat pusing adalah bagaimana cara mendapatkan atau mencari barang-barang kuno ini. Secara, dengan produk yang notabene perlengkapan sehari-hari seperti ini apalagi yang isinya masih utuh itu sudah jarang sekali ditemui. Tapi sekali menemukan bisa didapatkan dengan harga zaman dulu atau bahkan lebih mahal karena mereka tau kita butuh,” tutur Rivaldo. (*)

Exit mobile version