PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Dendy Pribadi mengatakan, sejak tahun 2022, banjir menjadi salah satu ancaman bencana yang rutin terjadi di musim penghujan.
Ia menerangkan, berdasarkan analisa BPBD, banjir yang sering menggenangi daerah itu banyak disebabkan oleh meluapkan permukaan air sungai. Tidak seperti sebelumnya, permukaan sungai dalam tiga tahun terakhir disebut lebih cepat meluap saat terjadi hujan lebat dalam hitungan jam.
Menurutnya, hak itu disebabkan oleh pendangkalan sungai, sehingga menumpuknya material dari hulu ke hilir yang menjadikan tingginya permukaan sungai.
“Saat musim penghujan, becana banjir akibat luapan sungai ini selalu kita wanti-wanti. Perlu ada penanganan lebih lanjut untuk mengatasi potensi banjir di tahun mendatang,” kata Dendy.
Sama halnya dengan tahun ini, kata Dendy sudah tiga kali Kota Pariaman digenangi banjir. Luapan air tersebut terjadi pada bulan Maret, Agustus dan November dengan bencana paling besar terjadi di bulan Agustus 2024.
“Paling besar (banjir) di Agustus dengan 2000 jiwa terdampak karena genangan akibat luapan sungai dan saluran air tersumbat. Berdasarkan dari analisa kami rupanya ada pendangkalan sungai yang menyebabkan luapan air cepat terjadi,” katanya.
Dendy menjelaskan, BPBD Kota Pariaman terbentuk pada tahun 2012. Sejak saat itu, sudah dilakukan berbagai kajian dan mitigasi bencana untuk menghindari risiko banjir.
“Upaya yang dilakukan memberikan hasil, sampai tahun 2020 Kota Pariaman terbebas dari banjir. Namun, sejak tahun 2022 sampai sekarang banjir terjadi lagi,” paparnya.
Menurutnya, Kota Pariaman sempat menjadi daerah bebas banjir karena sudah dilakukan antisipasi dengan upaya penggerukan dan perluasan aliran sungai. Untuk menghentikan dampak banjir, pihaknya berencana untuk mengusulkan upaya serupa pada instansi terkait.
“Setelah kajian risiko bencana, kita serahkan instans terkait yang menangani infrastruktur untuk memperluas dan memperdalam sungai, upaya ini sampai 2020 berhasil. Tapi tiga tahun terakhir terjadi lagi, sehingga harus ada penggerukan kembali,” jelasnya. (*)