PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Pemerintah Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DPPP) Kota Pariaman berupaya mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi pencegahan dan penanganan gejala penyakit mulut dan kuku (PMK) kepada peternak sapi di daerah tersebut.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DPPP Kota Pariaman, Marini Jamal mengatakan, sosialiasi mulai gencar dilakukan petugas sejak tahun 2023 lalu. Pada saat itu, ternak sapi di Kota Pariaman cukup banyak yang terjangkit gejala PMK.
“Melalui sosialiasi yang gencar kami lakukan, saat ini peternak sudah bisa cepat tanggap mengenali gejala PMK terhadap sapi mereka. Biasanya peternak akan langsung membuatkan herbal untuk sapi yang mengidap gejala,” tuturnya kepada Haluan, Selasa (7/1).
PMK sudah mulai terjangkit pada sapi di beberapa wilayah di Sumbar. Marini mengatakan, untuk Kota Pariaman hingga saat ini masih belum ditemui laporan sapi terjangkit PMK.
Adapun sepanjang 2023, hanya satu ekor sapi di Kota Pariaman yang dinyataka tewas akibat PMK. Sapi tersebut merupakan anakan, sehingga sulit untuk mendapatkan penanganan pada saat itu.
“Karena kita cukup gencar mengedukasi peternak, Alhamdulillah di Kota Pariaman baru ditemui satu kasus sapi tewas. Selebihnya, para peternak sudah bisa menangani apabila ditemui gejala awal PMK,” jelas dia.
Lebih lanjut, Marini menerangkan, virus penyeban PMK ditularkan melalui udara. Oleh sebab itu, pihaknya rutin melakukan pengecekan apabila ada sapi yang dikirim dari luar daerah.
“Bukan hanya sapi dari luar, bahkan PMK bisa muncul dari sapi dari daerah kita sendiri. Kita harus tetap berhati-hati agar PMK tidak merebak di Kota Pariaman,” kata dia.
Biasanya, Kota Pariaman akan banyak mendatangkan sapi dari luar daerah pada momen menyambut lebaran kurban. Marini mengatakan, pada masa tersebut pihaknya akan menurunkan petugas pemeriksaan.
“Kalau hari raya kurban, petugas akan melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan. Di Kota Pariaman targetnya ada sekitar 800 ekor sapi,” ulasnya. (*)