PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Hampir setahun empat bulan menjadi Penjabat Wali Kota Pariaman, Roberia telah melakukan banyak pembenahan di bidang pemerintahan dan kesejahterakan rakyat.
Ia tak segan menghadirkan kebijakan defisit nol rupiah dan membayarkan seluruh utang pemko yang sudah menumpuk sampai belasan miliar rupiah itu.
Roberia juga menjadi pelopor yang memperjuangkan nasib tenaga honorer di Kota Pariaman. Pj Wali Kota yang memimpin setelah kepemimpinan wali kota periode 2018-2023 itu dengan optimis mengusulkan 1.491 formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang menjadi salah satu daerah pemilik formasi terbanyak di Sumbar.
Kepada Haluan, Roberia menyebut, kebijakan yang telah ia lakukan murni untuk kesejahteraan masyarakat Kota Tabuik. Kendati bukan pimpinan pilihan rakyat, sebagai pria berdarah Minang tulen ia memiliki harapan besar untuk kemajuan daerah tersebut.
Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan I Kementerian Hukum dan HAM RI yang merangkap Pj Wali Kota Pariaman ini merupakan kelahiran 24 April 1970 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia lahir dari orang tua asli Minang dengan ayah bersuku Sikumbang dan ibunya Koto dan menghabiskan masa kecilnya di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.
Sejak kecil, Roberia hidup sederhana sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai penjahit, sementara ibunya yang pernah belajar tata boga di SMK mengais rezeki dengan menjadi penjual makanan.
“Ayah Ibu saya bukan pejabat, bukan juga pengusaha sukses. Sewaktu sekolah, saya juga sering membantu ibu dengan ikut berjualan makanan. Kebiasaan ini, bahkan berlanjut sampai saya duduk di bangku SMK,” ujar dia.
Ia juga menuturkan, masa sekolahya mulai dari SD sampai SMP dihabiskan di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Kemudian melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah favorit di Kota Padang, Sekolah Menengah Analisis Kimia (SMAK) Padang atau dahulunya bernama SAKMA.
Roberia mengaku, sedari kecil dirinya bukanlah siswa yang pandai belajar, sehingga tak pernah menjadi juara kelas saat SD. Namun, pada tiga tahun terakhir di sekolah dasar sampai menduduki bangku sekolah menengah, ia mulai menunjukkan kecerdasannya hingga mendapat peringkat tiga besar di kelas.
“Keseriusan saya belajar itu paling terlihat ketika di SAKMA. Sebab, ketika itu ada beasiswa berupa gratis SPP selama beberapa bulan kalau menjadi juara kelas dan saya mendapatkannya,” kata Robe.
Setelah menyelesaikan empat tahun pendidikannya di SMAK Padang, pada tahun 1990, Roberia merantau ke ibu kota Jakarta. Bersama enam temannya, ia mencoba peruntungan karier dengan berbekal ijazah sekolah.
“Memang harus merantau, karena peluang kerja tamatan SAKMA itu banyaknya di Pulau Jawa. Namun, untuk tembus lamaran kerja juga sulit dan butuh waktu, sampai akhirnya saya coba jadi kuli untuk menyambung hidup di rantau,” kenangnya.
Saat itu, Roberia menerima tawaran kuli dari Ketua RT tempat tinggalnya, karena keuangan yang sudah menipis selama merantau. Ia menyebut, teman-teman seperantauannya satu persatu mulai bekerja, menyisakan dirinya yang masih sibuk melamar di banyak tempat.
“Dibanding teman-teman lainnya, nilai paling tinggi itu saya. Namun, yang duluan bekerja itu bukan berdasarkan nilai siapa yang paling tinggi atau siapa yang paling pintar, tetapi sesuai kehendak Allah yang maha pemberi rezeki,” kata dia.
Kendati begitu, ia tetap optimis hingga akhirnya mendapat pekerjaan sebagai buruh di pabrik cat pada tahun 1991. Namun, masa kerjanya cukup singkat karena risiko kerja yang tinggi.
Petualangan Roberia dalam mencari pekerjaan pun akhirnya berlabuh di PT Multi Bintang Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri minuman bir. Ketika itu, ia memulai karier sebagai analis sembari menyelesaikan studi S1.
Setelah mendapat gelar Sarjana Hukum, Roberia mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun 2004 dan diangkat PNS di tahun berikutnya. Perjalanan kariernya mulai saat itu terus menanjak hingga dipercaya sebagai direktur di Kemenkumham.
Sebagai putra Minang, Roberia berharap semakin banyak generasi muda berprestasi asal Sumatera Barat yang memiliki nama di tingkat nasional. Menurutnya hal tersebut bisa dicapai dengan upaya keras dan kesungguh-sungguhan.
“Saya sangat berharap, Minangkabau bangkit kembali dengan lahirnya putra-putri asal Sumbar yang berprestasi di tingkat nasional. Apapun bisa kita dapatkan asal tekun dan bersungguh-sungguh,” harapnya. (*)