PARIAMAN, HARIANHALUAN. ID- Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman akan mengambil langkah preventif untuk mengantisipasi adanya kasus penganiayaan di sekolah. Keputusan ini diambil sebagai tindak lanjut atas dugaan penganiayaan yang terjadi di salah satu SD di daerah tersebut yang menyebabkan meninggalnya seorang siswa bernama Muhammad Omar Al-Fatih.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Al-Fatih meninggal dunia setelah menjalani perawatan dan pengobatan gagal ginjal akibat dianiaya teman sekelasnya. Fatih divonis gagal ginjal setelah diketahui terdapat robekan sepanjang 1,6 cm pada organ vital tersebut.
Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi mengatakan, pemerintah kota mengetahui kejadian tersebut baru-baru ini. Ia turut berduka cita atas korban dan menyadari adanya respons lambat dari berbagai pihak dalam menangani kasus.
“Kejadiannya pada Januari lalu, tetapi kita baru mengetahuinya belakangan ini setelah korban meninggal dunia. Bagaimanapun ini merupakan tanggung jawab pemerintah, sehingga kami langsung mengambil tindakan,” kata dia, Rabu (19/3).
Ia menyebut, setelah mengetahui kejadian tersebut, pemko langsung mengarahkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk mengkroscek kebenaran kasus ke berbagai pihak terkait. Mulyadi mengharapkan adanya tranparansi agar dapat mengayomi pihak keluarga dan sekolah, serta mendapatkan solusi dari permasalahan.
Sementara itu, untuk masa mendatang, Mulyadi menekankan perlu adanya evaluasi pada pola pendidikan dan dibuatkan langkah preventif untuk mencegah kasus serupa. Hal ini dilakukan agar pemerintah dan dinas terkait tidak kecolongan lagi.
“Kita akan mengambil langkah preventif dengan melakukan inventarisasi terkait pola pendidikan untuk menanggulangi kasus serupa. Mulai sekarang harus ada antisipasi awal, itu yang akan disiapkan,” kata dia.
Adapun dugaan penganiayaan Al-fatih diketahui keluarga sejak Januari 2025. Menurut keterangan tante korban, Yusra Wati korban masih sempat sekolah selama tiga hari setelah mengeluh sakit di perut karena dianiaya teman sekelas.
Pada hari keempat, kondisi korban memburuk dengan pinggang sampai kaki membengkak. Korban dibawa berobat ke rumah sakit, tetapi tidak menunjukkan perkembangan yang baik.
“Setelahnya sempat dirawat seminggu di rumah sakit, dokter mendiagnosa Fatih mengalami masalah pada ginjal. Dokter RSUD menyarankan Fatih dibawa ke Rumah Sakit M Djamil Padang,” tutur Yusra Wati dirumah duka di Kelurahan Ujung Batung, Rabu (20/3)
Dijelaskannya, setelah di rawat di RSUP M. Djamil, korban menjalani cuci darah sebanyak dua kali. Namun, kondisi korban tak kunjung membaik hingga dinyatakan fungsi ginjal korban hanya 12 persen.
“Pada cuci ginjal yang terkahir, kondisinya semakin memburuk, menurut dokter fungsi ginjalnya hanya berfungsi 12 persen,” kenangnya.
Setelah berjuang melawan sakit, Fatih dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (18/3) pukul 16.30 WIB di RSUP M. Djamil Padang. Hal tersebut meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga korban.
Kasat Reskrim Polres Pariaman, Iptu Rinto Alwi menduga hal yang dialami Fatih bukanlah perundungan, tetapi masuk ke jenis kasus penganiayaan. Sebab, berdasarkan informasi yang didapat bahwa pelaku berulang kali melakukan tindak kekerasan terhadap siswa di sekolahnya.
Ia menuturkan bahwa pelaku diduga mengidap gangguan emosi dan perilaku, sehingga cenderung berperilaku agresif. Kendati begitu, hingga saat ini belum ada laporan polisi yang dibuat keluarga korban.
“Korban dinyatakan meninggal akibat penganiayaan oleh temannya sendiri sesama kelas 2 SD, dan pelaku anak ini mengidap atau mengalami gangguan emosi dan prilaku, sehingga cenderung berprilaku agresif,” kata Rinto usai dikonfirmasi, Rabu (19/3). (*)














