PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Life Iswar tak banyak bicara soal angka suara atau strategi politik lebih senang menceritakan pertemuannya dengan warga, obrolan di warung kopi, atau keluhan para guru PAUD yang pernah ia dengar langsung.
“Bagi saya, politik bukan soal panggung. Ini soal hadir dan membantu saat dibutuhkan,” ucapnya dengan nada tenang.
Beberapa tahun lalu, ia sempat turun tangan saat banyak guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) lulusan SMA terancam kehilangan pekerjaan karena aturan kualifikasi minimal S1. Bagi Life, masalah itu bukan sekadar administrasi, tapi soal keberlangsungan pendidikan anak-anak di Pariaman.
Ia bersama Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) mencari solusi, hingga akhirnya muncul gagasan pelatihan berjenjang. Namun, program itu terhambat anggaran. “Kalau menunggu, bisa lama. Jadi saya pakai anggaran pokok pikiran saya,” kenangnya.
Langkah itu bukan yang pertama. Sejak awal menjabat, Life rutin mengalokasikan pokok pikiran untuk fasilitas umum mulai dari perbaikan jalan lingkungan, sarana ibadah, hingga kebutuhan sederhana seperti tempat duduk di taman.
Menariknya, selama ini ia tidak terlalu mengandalkan baliho atau spanduk kampanye. “Spanduk saya cuma dua, salah satunya malah di halaman rumah. Sisanya ya silaturahmi,” katanya sambil tersenyum.
Pendekatan itu ia sebut sebagai “menjalin jembatan hati”. Bukan slogan kosong, melainkan prinsip untuk menjaga hubungan yang tidak hanya muncul di musim politik. “Kalau sudah terjalin rasa percaya, semua urusan jadi lebih mudah,” ujarnya.