PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, Reti Wafda menyampaikan bahwa keberhasilan konservasi penyu di Sumbar sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat.
Salah satu bentuk nyata adalah partisipasi warga yang mengantarkan telur penyu ke pusat konservasi untuk ditetaskan dan kemudian dirilis ke laut. Menurutnya, kawasan konservasi tidak hanya berfungsi melindungi satwa langka, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi warga.
“Kami berharap masyarakat tidak hanya paham pentingnya melestarikan penyu, tetapi juga ikut aktif menjaga, misalnya dengan menyerahkan telur atau sarang yang mereka temukan,” ujarnya.
Ia menambahkan, program adopsi telur penyu telah berjalan selama beberapa tahun. Melalui cara ini, masyarakat yang menemukan telur akan mendapat penggantian berupa uang, sehingga mereka tidak lagi mengonsumsi atau memperjualbelikannya.
“Skema ini penting agar telur bisa menetas dengan baik di konservasi, lalu dilepaskan ke habitat aslinya,” jelasnya.
Saat ini terdapat tujuh kawasan konservasi di Sumbar, termasuk di Kota Pariaman, Gasan, dan Pantai Air Manis Padang. Setiap kawasan tidak hanya melindungi penyu, tetapi juga biota laut lain yang dilindungi. Dengan adanya UPTD kawasan konservasi, pemerintah berharap tumbuh kesadaran kolektif di tengah masyarakat.
“Alhamdulillah, kalau kita bandingkan dengan tahun 90-an, sekarang tingkat konsumsi telur penyu sudah jauh berkurang. Itu karena proses edukasi yang kita lakukan cukup panjang, dan sekarang hasilnya mulai terlihat,” kata Reti.