PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Program Makan Bergizi (MBG) kini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk Dinas Kesehatan Kota Pariaman. Program nasional yang baru diluncurkan Presiden ini tidak hanya bertujuan memberikan makanan kepada anak sekolah, tetapi juga memastikan mereka siap menerima pembelajaran di kelas tanpa rasa lapar.
“Dengan MBG, kita berharap anak-anak tidak lagi datang ke sekolah dalam keadaan lapar. Kalau perut kosong, anak susah fokus belajar. Jadi, program ini penting untuk mendukung tumbuh kembang dan kesiapan belajar mereka,” ujar Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Susrikawati, saat ditemui baru-baru ini.
Dinas Kesehatan memiliki peran penting dalam pengawasan pelaksanaan program ini. Salah satunya adalah menerbitkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi dapur penyedia makanan MBG. Proses ini memastikan tempat pengolahan makanan memenuhi standar kesehatan lingkungan.
“Yayasan atau lembaga pelaksana MBG wajib melapor ke Dinas Kesehatan jika ingin membuka dapur. Kami akan memeriksa seluruh aspek, mulai dari kebersihan tempat, sistem pembuangan limbah cair, hingga ketersediaan air minum yang layak,” jelas Susrikawati.
Tak hanya itu, para pekerja dapur juga harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu sebelum dinyatakan layak bekerja di dapur MBG. “Setiap tenaga masak wajib memiliki sertifikat pelatihan. Setelah itu barulah kami bisa keluarkan izinnya,” tambahnya.
Susrikawati menegaskan, MBG bukan program untuk memenuhi gizi harian anak sepenuhnya, melainkan untuk memberikan satu porsi makanan yang bergizi seimbang. “Jangan salah paham, MBG ini tidak untuk memenuhi kebutuhan gizi satu hari penuh. Fokusnya pada satu porsi makan bergizi yang bisa membantu anak bertahan dan fokus belajar di sekolah,” katanya.
Ia menjelaskan, selama ini banyak anak berangkat ke sekolah tanpa sarapan, sehingga sulit berkonsentrasi di kelas. “Padahal otak butuh kalori untuk berpikir. Melalui MBG, setidaknya anak-anak mendapat asupan energi dari makanan bergizi di sekolah,” ujarnya.
Program ini tidak hanya berdampak pada anak-anak, tetapi juga memberi efek ekonomi bagi masyarakat. Dengan adanya dapur MBG, peluang kerja bagi warga sekitar meningkat, begitu pula permintaan bahan pangan dari petani lokal. “MBG juga membantu mengurangi pengangguran dan menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama petani,” jelasnya.
Untuk menu, MBG sudah memiliki panduan tersendiri yang diatur melalui aplikasi khusus. Setiap porsi makanan berisi sekitar 800–1.000 kalori, lengkap dengan dua sumber protein, karbohidrat, sayur, buah, dan susu. “Menu ini disusun agar anak-anak tidak hanya kenyang, tapi juga mendapat asupan yang bergizi seimbang,” tutup Susrikawati. (*)