Kejari Pariaman Lirik Kasus di Balik Robohnya Jembatan Kayu Gadang

Jembatan Kayu Gadang, Sikabu Padang Pariaman roboh akibat banjir yang melanda Padang Pariaman beberapa waktu lalu. IST

PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Kejaksaan Negeri (Kejari) Pariaman mulai mendalami proyek pembangunan jembatan Kayu Gadang Sikabu Padang Pariaman yang dibangun dua tahun lalu namun ambruk pada bulan lalu.

Kajari pun sudah melakukan pengumpulan data terkait robohnya jembatan Kayu Gadang itu untuk memastikan apakah robohnya jembatan yang baru dibangun dua tahun lalu itu murni akibat bencana alam atau kesalahan konstruksi. “Terkait runtuhnya jembatan ini jadi atensi kami, dan saat ini kami masih mengumpulkan data,” kata Kasi Intel Kejaksaan Negeri Pariaman, Safarman di Pariaman kepada Haluan, kemarin.

Menurut Safarman, kasus runtuhnya jembatan ini tidak serta merta kesalahan konstruksi itu saja, sehingga harus dicarikan dulu data-data terkait jembatan tersebut. “Saat ini memang sudah ada data yang kami peroleh, akan tetapi data itu masih kulit-kulitnya saja,” ujarnya.

Safarman menyampaikan data tersebut  untuk memastikan apakah ini murni karena faktor alam atau memang ada kesalahan konstruksi saat dilakukan pembangunan jembatan tersebut. “Kami juga sudah turun ke lapangan melakukan pengecekan awal setelah jembatan ini roboh,” ujarnya.

Diketahui Jembatan Sikabu merupakan jembatan penghubung Nagari Lubuk Alung dengan Sikabu Lubuk Alung, yang dibangun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang telah diresmikan pada 19 Agustus 2021 lalu.

Jembatan Kayu Gadang yang ada di Sikabu tersebut dibangun dengan sistem beton prategang. Pengerjaannya dimulai April 2020 dengan panjang 100 meter dan lebar tujuh meter oleh BNPB. Jembatan itu dibangun menggunakan dana hibah dari BNPB senilai Rp25,4 miliar dan diresmikan oleh Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan 19 Agustus 2021 silam.

Jembatan Kayu Gadang ini merupakan akses sangat dibutuhkan oleh masyarakat di daerah tersebut, namun, karena putusnya jembatan itu masyarakat harus memutar jalan dengan jarak tempuh yang lebih jauh.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto menyebutkan, jembatan tersebut telah mengalami gerusan di sekitar pondasi jembatan yang diakibatkan perubahan aliran arus sungai yang mengarah ke pondasi. Kondisi tersebut telah terjadi sejak pertengahan 2022 lalu hingga Januari 2023. Hal ini diperparah dengan curah hujan tinggi yang menjadi puncak kegoyahan jembatan.

Ia menjelaskan, terjadi peningkatan debit sungai yang signifikan sejak 6 Mei 2023 lalu yang menyebabkan gerusan di pondasi sungai sehingga memicu ketahanan jembatan yang rapuh dan akhirnya ambruk pada 7 Mei 2023, pukul 23.30 WIB. (hen).

Exit mobile version