PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID– Siswa dan siswi Sekolah Dasar se-Kota Pariaman ikut memeriahkan pesona Budaya Tabuik dengan mengikuti lomba merangkai carano.
Pengurus LKAAM Kota Pariaman, Yusran Yatim mengatakan perlombaan tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya. Sebab, menurutnya di tengah perkembangan zaman, banyak anak muda yang meninggalkan tradisi dan budaya daerahnya.
“Perlombaan ini untuk meningkatkan keahlian anak muda dalam merangkai carano. Sebab pasa zaman sekarang, sudah jarang sekali kegiatan tersebut diajarkan kepada anak-anak,” katanya.
Selain itu, ia menerangkan bahwa merangkai carano merupakan sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh generasi muda di Minangkabau. Sebab, carano banyak digunakan dalam acara adat seperti baralek dan pembukaan acara-acara penting lainnya.
“Melalui lomba ini, anak-anak otomatis sudah punya pengetahuan dan keterampilan yang bisa jadi pengalaman, sehingga ketika sudah dewasa nanti bisa menjadi agen,” tuturnya.
Juri kegiatan, Arrahmi mengatakan penilaian lomba berdasarkan pada ketepatan waktu, kerapian rangkaian carano dan kelengkapan ornamen yang harus ada dalam sebuah carano.
“Kita menilai ketepatan waktu, kerapian dan keutuhan rangkaian carano. Pada carano harus ada singguluang, arai pinang, serta isinya berupa gambia, pinang, tembakau, kapua dan sirih dan ornamen lainnya,” katanya.
Selain itu, penilaian juga berfokus pada etika dan sopan santun peserta. Arrahmi menjelaskan, dalam adat Minang, budaya sopan santun adalah penilaian yang utama.
“Minang mengutamakan karakter dan kesopanan masyarakatnya. Jadi, dalam penilaian kita akan melihat itu, serta bagaimana peserta memegang dan manatiang carano,” paparnya.
Adapun perlombaan merangkai carano dalam Pesona Budaya Tabuik ini diikuti oleh 11 peserta yang berasal dari siswa SD se-Kota Pariaman. Selain merangkai carano ada juga perlombaan lain seperti, cakbur, tangkelek, balap karung, dan jago benteng. (*)