PASBAR, HARIANHALUAN.ID — Upaya menekan angka stunting di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) kian membuahkan hasil. Data periode 2007–2023 menunjukkan penurunan rata-rata 3,6 persen per tahun, lebih cepat dibandingkan capaian nasional 3,3 persen dan Provinsi Sumatera Barat 2,6 persen. Meski menggembirakan, prevalensi stunting di Pasbar tahun 2024 masih 26,60 persen, lebih tinggi dari angka provinsi (24,9 persen) dan nasional (19,8 persen).
Menyadari urgensi percepatan, Pemda Pasbar bersama Tanoto Foundation meluncurkan inisiasi Program Stunting 2.0, Selasa (9/9/2025). Pertemuan dipimpin Sekretaris Daerah Pasbar, Doddy San Ismail, serta melibatkan jajaran OPD, Tanoto Foundation, Yayasan Cipta, dan Myriad Research. Kolaborasi multipihak ditegaskan sebagai kunci agar intervensi stunting lebih komprehensif dan tepat sasaran.
“Kolaborasi menurunkan stunting hingga 26,60 persen bukanlah hal mudah. Semoga kerja sama ini bisa menekan angka lebih signifikan. Tahun 2025 kita juga sudah gandeng delapan perusahaan dengan nilai Rp304 juta, dan masih ada yang akan bergabung,” ujar Doddy. Menurutnya, keterbatasan fiskal akibat efisiensi anggaran nasional membuat dukungan mitra menjadi semakin vital.
Kepala Bappelitbangda Pasbar, Ikhwanri, menyebut kerja sama dengan Tanoto Foundation sejak 2021 meliputi penyusunan SKPP, pendampingan teknis, delapan aksi konvergensi, hingga pelatihan tokoh kunci. Tahun 2025, kemitraan diperkuat lewat MoU baru yang menitikberatkan pada perubahan perilaku masyarakat (pilar II) dan pelaksanaan aksi konvergensi (pilar III).
Ikhwanri menambahkan, strategi ke depan tidak lagi hanya terpusat di tingkat kabupaten, melainkan diperluas hingga ke nagari. Data e-PPGBM mencatat prevalensi stunting Pasbar tahun 2025 berada di angka 13,33 persen atau 4.574 balita. Data “by name by address” ini memungkinkan penanganan lebih langsung dan spesifik di lapangan.
“Keterlibatan 90 nagari sangat vital. Nagari yang paling tahu kondisi sosial masyarakat dan masalah di keluarga. Dengan dukungan anggaran yang lebih kuat di tingkat nagari, intervensi bisa lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Senada, Felly Ardan, Project Management Unit Coordinator Tanoto Foundation Sumatera Utara, menekankan bahwa pendampingan stunting 2025–2028 akan fokus pada hilirisasi. “Program tidak berhenti pada regulasi dan koordinasi, tetapi memastikan keluarga benar-benar menerima layanan. Fokus kami adalah memperkuat kapasitas tokoh masyarakat dan pemerintah daerah,” katanya.
Dengan dukungan multipihak, Pasbar optimistis laju penurunan stunting akan lebih cepat tercapai, sekaligus memastikan generasi masa depan tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing. (*)