Lebih lanjut, Prasetyo menjelaskan bahwa program ini tidak hanya berorientasi pada penyediaan alat, tetapi membangun sistem pertanian yang berkelanjutan.
“DTSEN menjadi dasar dalam menentukan penerima manfaat. Petani di kategori Desil I menjadi prioritas utama, disusul Desil II, dan selanjutnya seluruh petani kurang mampu di Pasaman,” jelasnya.
Ia menegaskan, pelaksanaan program bajak gratis ini akan diiringi oleh pembentukan ekosistem layanan pertanian yang menyeluruh. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk mendukung keberlanjutan program ini.
“Begitu di-launching, program ini akan langsung berjalan karena semua perangkat sudah kami siapkan,” tambahnya.
Selain itu, Dinas Pertanian Pasaman juga menyiapkan aplikasi layanan bajak gratis yang akan terkoneksi langsung dengan data DTSEN. Melalui aplikasi ini, petani penerima manfaat dapat mendaftar secara daring ataupun melalui petugas yang ada di kecamatan dan nagari. Sistem ini dirancang agar pelayanan lebih cepat dan akurat.
Menurut Prasetyo, Pemkab Pasaman menargetkan layanan bajak gratis dapat menjangkau 2.800 hektar lahan pertanian di 11 kecamatan. Hanya Kecamatan Mapat Tunggul yang tidak termasuk karena tidak memiliki hamparan sawah.
“Program ini juga akan memberdayakan alat yang dimiliki kelompok tani, di mana biaya BBM dan operator sepenuhnya ditanggung pemerintah daerah,” ujarnya.














