Sejarah sebagai Basis Penciptaan Karya Seni
Tak hanya memiliki objek budaya, Payakumbuh juga punya banyak situs sejarah. Semua itu sangat potensial untuk dijadikan “bahan” penciptaan karya seni, termasuk audio visual berupa film. Sejarah kelam PRRI misalnya, yang dampaknya masih terasa hingga hari ini.
Sayangnya, sejauh ini, produk-produk audio visual seperti rells atau film, lebih menyoroti eksotismenya saja.
“Literatur soal ini masih terbilang sedikit. Akan tetapi sejarah lisan tentang PRRI dan hubungannya dengan cagar-cagar budaya di Payakumbuh, masih hidup di tengah-tengah masyarakat. Saya bersama teman-teman PYAC, menggali kembali sejarah lisan tersebut untuk diolah menjadi narasi utama Bunga Rampai,” akunya Randi Reimena dengan bangga.
Keberhasilan Bunga Rampai meraih peringkat pertama MAFFEST, membuktikan bahwa karya seni tentang sejarah dan cagar budaya tak melulu harus diekpsos keindahannya saja: sejarah kelamnya juga bisa diolah secara kreatif menjadi karya seni bermutu. Bukan untuk membangkitkan trauma masa lalu atau mengorek-ngorek luka lama, tapi sebagai pengingat agar hal sama tak lagi berulang di masa datang.
Bunga Rampai menyingkirkan 5 film lainnya dan menjadi 3 besar. Di 3 besar, Bungo Rampai menjadi juara 1 mengalahkan 2 film lainnya dalam kategori mahasiswa dan umum. (*)