“Acuan metodologi atau marja’iyyah manhajiyyah juga dapat menjadi penyebab perbedaan pendapat,” ucapnya.
Dikatakannya, para dai dapat menempuh cara dialog dalam menyikapi perbedaan pendapat. “Dialog dengan bahasa yang terbaik dan dibingkai oleh adab mulia, argumentasi kuat, serta menggugah akal dan hati merupakan cara Qur’ani dalam merespon perbedaan pendapat,” ujar Irwandi Nashir.
Keikhlasan, kesabaran, toleransi dan tidak melampaui batas adalah adab mulia yang mesti dikedepankan oleh para dai dalam berbeda pendapat. (*)