HARIANHALUAN.ID – Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qur’an (STAIDA) Payakumbuh menggelar wisuda angkatan ke-7, Kamis (31/8) pekan lalu di Grand Ballroom Hotel Mangkuto Syariah, Kota Payakumbuh.
Wisudawan tersebut berjumlah 45 orang. Terdiri dari Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) 38 orang dan Pendidikan Bahasa Arab (PAB) 7 orang. Istimewanya, 70 persen atau 30 orang dari 45 orang wisudawan itu adalah hafiz Qur’an 30 juz.
“Alhamdulillah, dari 45 orang wisudawan kita hari ini, sebanyak 30 orang atau sekitar 70 persen dari wisudawan kita adalah hafiz atau hafal Quran 30 juz,” kata Ketua STAIDA Payakumbuh, Ahmad Deski.
Ahmad Deski juga mengungkapkan, 100 persen atau semua lulusan atau wisudawan STAIDA Payakumbuh angkatan ke-7 telah bekerja diberbagai bidang. Bahkan saat masih kuliah mereka telah bekerja, karena begitu luasnya lapangan pekerjaan sehubungan dengan pengajaran ilmu-ilmu Al-Qur’an.
“Jadi STAIDA tidak mencetak pengangguran atau mencetak sarjana menganggur. Kini saja kita terus diminta berbagai lembaga untuk dapat menyediakan tenaga kerja untuk mengajarkan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Justru kita yang kerepotan menyediakannya, karena semua mahasiswa sudah punya job atau bekerja sambil kuliah,” kata Ahmad Deski.
Menurut Ahmad Deski, dengan wisuda ini, maka kini jumlah lulusan kampus yang beralamat di Limbukan, Kecamatan Payakumbuh Timur tersebut sebanyak 131 orang.
STAIDA Payakumbuh memiliki akreditasi baik sekali atau unggul, sehingga memenuhi kriteria bagi lulusan SLTA yang ingin melanjutkan pendidikan di kampus itu. Dengan akreditasi yang demikian, maka lulusan STAIDA memiliki peluang yang sama dapat bersaing di pasaran tenaga kerja.
Kampus ini memiliki empat prodi, yakni Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Pendidikan Bahasa Arab (PAB), Studi Islam (SI) dan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Direncanakan tahun 2024, STAIDA Payakumbuh akan dikembangkan menjadi institut. Selain telah memiliki 4 prodi, STAIDA Payakumbuh juga telah memiliki 5 orang dosen yang kini telah doktor (S3).
“Insyalah tahun 2024 kita rencanakan kampus ini menjadi institut, dan di 2030 kita menargetkan menjadi institut yang unggul,” kata Ahmad Deski lagi.
Pria asal Batuampar, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota ini melihat animo masyarakat untuk berkuliah di STAIDA Payakumbuh makin lama makin meningkat. Hal itu tergambar dari pertambahan jumlah mahasiswa. F
aktanya, mahasiswa STAIDA Payakumbuh tidak saja dari Luak Limopuluah dan wilayah Sumbar, tapi juga banyak yang dari Riau, Sumut, Jawa Barat dan lainnya. Uang kuliah di kampus ini juga sangat terjangkau, yakni Rp1,5 juta per semester.
Uang kuliah itu juga bisa dicicil perbulan dengan besaran Rp250 ribu perbulan. Lebih murah dari uang sekolah swasta SD, SMP atau SMA di daerah ini.
Deski juga berterima kasih kepada Pemko Payakumbuh dan Pemkab Lima Puluh Kota serta Baznas kedua daerah. Karena kedua pemda dan Baznas kedua daerah telah membantu membiayai uang kuliah mahasiswa yang tidak mampu.
Wisudawan/ti STAIDA Payakumbuh dapat berbangga, karena selain memakai toga dan pakaian wisuda, pada momen istimewa itu mereka juga langsung membawa ijazahnya. Bahkan ijazah STAIDA Payakumbuh terdiri dari tiga bahasa, yakni Indonesia, Arab dan Inggris. (*)