Rida Ananda yang juga hadir sebagai teman ngobrol malam itu, juga ikut tertawa. Ia sendiri mengakui kalau pihaknya belum kreatif dalam menyosialisasikan programnya.
“Strategi sosialisasi lewat medsos memang harus di-upgrade,” katanya sambil menambahkan pemerintah memang perlu ruang dialog seperti Ngopini untuk tampung berbagai masukan, terutama dari pelaku ekraf Payakumbuh sendiri.
Ia pun setuju dengan saran Da Boy agar konten-konten sosialisasi program mesti dikemas dengan cara baru dan kreatif, termasuk kolaborasi dengan konten kreator seperti Da Boy.
Rida juga menjelaskan soal rencana-rencana ke depan demi wujudkan Payakumbuh sebagai smart city. Namun ada satu poin yang ditekankannya: bahwa perancang 15 aplikasi itu semuanya adalah anak-anak muda Payakumbuh.
“Anak-anak muda kita kreatif sekali. Baru-baru ini ada yang buat aplikasi untuk mengukur kadar kebersihan air. Ini sangat inovatif dan akan kita dorong untuk segera patenkan karyanya itu,” sambungnya.
M Ikhsan yang duduk di sebelahnya sebagai salah satu teman ngobrol, termasuk dalam kategori ‘anak muda kreatif’ yang dibilang Rida. Ia kini punya aplikasi bernama FunSport. Aplikasi itu, ia rancang agar para penggemar fun football dan fun futsal bisa mengakses informasi soal ketersediaan lapangan untuk disewa dan info-info lainnya.
“Jika teman-teman jadi user FunSport, bisa pesan lapangan sesuai jadwal yang diinginkan. Juga bakal disediakan wasit, jersei, hingga fotografer buat abadikan momen-momen saat bermain,” jelasnya sambil menambahkan kini FunSport punya 1.200 user.
Diskusi berlanjut. Tidak hanya soal pemerintah yang perlu meng-upgrade strategi promosinya di medsos, diskusi terus berkembang ke arah penting kolaborasi antar pelaku ekraf. Jika pemerintah sampai saat ini terkesan berjarak dengan para konten kreator, maka pelaku ekraf melakukan hal sebaliknya.
Kembali menurut Da Boy, ia memang jarang-jarang sekali dapat ajakan kolaborasi dari instansi pemerintah. Terakhir, ia pernah kolaborasi bikin konten dengan salah satu sekolah negeri. Tapi ia cukup sering kolaborasi dengan brand-brand lokal, dan hasilnya bisa dongkrak penjualan. Setidaknya konten-konten kolaborasi, bisa tingkatkan awareness netizen akan suatu brand.
“Masyarakat akan lebih mudah serap informasi dalam bentuk komedi untuk memancing keingintahuan mereka terhadap program yang disosialisasikan. Ini sudah dilakukan oleh brand lokal, dan efeknya lebih luas,” kata komedian yang pada 2018 lalu meluncurkan buku cerita Minang dengan tema komedi.
Beberapa pejabat dari instansi-instansi yang berkaitan dengan ekraf Payakumbuh yang juga hadir malam itu, sepakat memang kolaborasi dengan konten kreator diperlukan untuk menyebarluaskan program-program mereka. Mereka berasal dari Disparpora dan Disnaker Kota Payakumbuh.
Begitu juga dengan para pelaku ekraf yang hadir malam itu. Mereka melihat kolaborasi sebagai hal penting untuk masa depan ekraf di Payukumbuh, termasuk kolaborasi dengan instansi-instansi pemerintah.