PESISIR SELATAN – Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. Kondisi geografis ini menuntut seluruh lapisan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di wilayah pesisir, untuk selalu siap siaga. Anak-anak, sebagai kelompok rentan, sangat perlu mendapatkan bekal keterampilan sejak dini agar mampu melindungi diri ketika bencana terjadi.
Berangkat dari kebutuhan tersebut, Renidayati, SKp., M.Kep., Sp.Kep.Jiwa, selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Padang, mengimplementasikan Program Kesiapsiagaan Anak Usia Sekolah Menghadapi Bencana Melalui Simulasi Siaga Bencana. Kegiatan ini dilaksanakan pada 6 September 2025 di SDN 08 Painan Selatan, yang beralamat di Jalan Trikora Painan, Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Sebanyak 60 siswa kelas V menjadi peserta kegiatan, didampingi oleh guru dan mendapat dukungan penuh dari kepala sekolah, Ibu Yulismi, M.Pd. Program ini juga terlaksana berkat kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Selatan, yang dipimpin langsung oleh Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Bapak Doni Boy, bersama timnya.
Edukasi Lewat Booklet Interaktif
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan edukasi kesiapsiagaan melalui booklet interaktif. Booklet tersebut berisi pengetahuan dasar tentang gempa bumi, tsunami, dan banjir, lengkap dengan ilustrasi, aktivitas, dan permainan edukatif yang mudah dipahami anak-anak.
“Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan saat bencana terjadi. Melalui booklet ini, kami ingin menanamkan sikap tanggap, mandiri, dan berani menghadapi keadaan darurat,” jelas Renidayati.
Booklet ini diharapkan dapat digunakan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dengan pendampingan guru dan orang tua.
Implementasi Kesiapsiagaan Melalui Simulasi
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi siaga bencana. Anak-anak berlatih langkah konkret menghadapi situasi darurat:
Gempa bumi → berlindung di bawah meja, melindungi kepala, dan segera menjauhi bangunan berbahaya.
Tsunami → berlari menuju tempat tinggi melalui jalur evakuasi tanpa menunggu gelombang datang.
Banjir → segera berpindah ke lokasi yang lebih aman, tidak bermain di air banjir, dan menyelamatkan barang penting.
Dalam kesempatan itu, Doni Boy menegaskan bahwa simulasi sangat penting untuk membentuk kesiapan mental anak.
“Kesiapsiagaan tidak cukup hanya dengan teori. Dengan latihan simulasi, anak-anak bisa mempraktikkan langsung langkah penyelamatan sehingga tubuh dan pikiran mereka terbiasa menghadapi kondisi darurat,” ujarnya.
Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa
Pengabdian masyarakat ini tidak hanya menjadi ajang edukasi, tetapi juga wujud kolaborasi antara dosen dan mahasiswa. Selain Ibu Renidayati sebagai ketua tim, kegiatan didukung oleh anggota dosen yaitu Heppi Sasmita, Darwel, N. Rachmadanur, dan Indri, serta dosen muda Lela Harahap.
Tak ketinggalan, 6 mahasiswa dari Jurusan Keperawatan dan Jurusan Kesehatan Lingkungan turut serta. Mereka berperan aktif dalam penyampaian materi, mendampingi siswa saat simulasi, hingga memfasilitasi permainan edukatif. Kehadiran mahasiswa ini memberi warna tersendiri, karena siswa merasa lebih dekat dan mudah berinteraksi.
Reward untuk Tingkatkan Semangat
Untuk menjaga antusiasme, tim juga memberikan reward berupa bingkisan kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar atau mampu mendemonstrasikan kembali latihan-latihan yang sudah disimulasikan. Bingkisan tersebut berupa Tas Siaga Bencana, seragam sekolah, selimut, dan handuk, yang dibagikan berkat kerja sama antara Tim Pengabdian Poltekkes Kemenkes Padang dengan BPBD Kabupaten Pesisir Selatan.
Momen ini menjadi salah satu bagian paling ditunggu siswa. Mereka tampak bersemangat berlomba-lomba menjawab pertanyaan dan mempraktikkan ulang simulasi. Selain menjadi pemicu motivasi, pemberian reward ini juga memperkenalkan Tas Siaga sebagai perlengkapan darurat penting yang sebaiknya dimiliki oleh setiap keluarga di daerah rawan bencana.
Sebagai penutup kegiatan, seluruh peserta kemudian menikmati makan siang bersama. Setiap siswa mendapat satu box makanan dari B Besto, yang menambah keceriaan suasana kebersamaan di akhir acara.
Menumbuhkan Generasi Tangguh
Kegiatan semakin seru ketika siswa diajak mengikuti permainan evakuasi dan mewarnai rambu jalur evakuasi. Aktivitas ini membuat anak-anak semakin mudah mengenali simbol keselamatan.
Kepala SDN 08 Painan Selatan, Yulismi, M.Pd., menyampaikan apresiasinya.
“Sekolah kami berada di wilayah pesisir yang rawan gempa dan tsunami. Program ini sangat bermanfaat agar anak-anak siap dan tidak panik jika bencana terjadi,” ungkapnya.
Renidayati menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal membangun budaya siaga bencana di sekolah pesisir. “Harapannya, anak-anak tumbuh menjadi generasi yang tangguh, peduli, dan siap membantu sesama ketika menghadapi bencana,” tuturnya.
Harapan ke Depan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini menjadi contoh sinergi antara perguruan tinggi, sekolah, dan pemerintah daerah dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB). Dengan keterlibatan guru, orang tua, mahasiswa, dan BPBD, diharapkan edukasi kesiapsiagaan dapat diperluas ke sekolah-sekolah lain di daerah rawan bencana.
“Langkah kecil ini diyakini akan menjadi investasi besar untuk membentuk generasi muda yang siap, tanggap, dan berani menghadapi berbagai situasi darurat,” ungkap Renidayati. (*)