SAWAHLUNTO, HARIANHALUAN.ID — Pada zaman kemajuan teknologi seperti saat ini, anak-anak sudah diberikan gawai, yang bisa memberikan dampak candu dan ketergantungan, bahkan bisa menjurus ke hal-hal yang negatif. Selain itu, gawai juga perlahan-lahan menghilangkan ketertarikan terhadap pada permainan tradisional. Hal ini jelas dapat mengancam kelestarian permainan tradisional.
Untuk kembali membumikan permainan tradisional, Pemerintah Kota (Pemko) Sawahlunto melalui Dinas Kebudayaan Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto menggelar Festival Permainan Tradisional Tingkat Sekolah Dasar (SD) di Museum Goedang Ransoem pada Selasa (1/8). Tercatat, peserta Festival Permainan Tradisional itu sebanyak 146 anak. Mereka berasal dari 14 SD di Kota Sawahlunto.
Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta menilai permainan tradisional sebagai permainan yang memberi banyak dampak positif pada anak, yakni menumbuhkan kecerdasan emosional dan kecerdasan bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu didorong anak-anak supaya kembali hobi melakukan permainan tradisional.
“Ini yang menjadi PR kita sekarang, bagaimana agar anak-anak tidak over atau berlebihan dalam bermain gawai. Mereka harus seimbang dalam bermain gawai dengan bermain tradisional, agar tidak terjadi terdampak negatif dari pengaruh gawai,” katanya.
Dengan diadakannya Festival Permainan Tradisional tersebut, diharapkan dapat menjadi salah satu langkah pemerintah dalam menyosialisasikan kembali hobi bermain tradisional.
“Permainan tradisional adalah permainan yang diciptakan oleh nenek moyang yang kemudian diwariskan secara turun-temurun. Permainan tradisional dimainkan secara sederhana dan memiliki manfaat yang terdapat di setiap permainannya,” ucap Deri.
Nama-nama dari permainan tradisional Minangkabau yang sekarang sudah jarang terlihat yaitu seperti permainan badia batuang, congkak, lompat tali, sepak tekong, mancik-mancik, dan banyak lagi permainan-permainan tradisional Minangkabau. (h/dkg)