Bupati Sijunjung, Benny Dwifa saat mengunjungi keluarga korban TPPO asal Kabupaten Sijunjung beberapa waktu lalu, didampingi Kadis Nakertrans Sijunjung, Khamsiardi; Dinas Kominfo, David Rinaldo; Camat Koto VII, Elko Febri Marola; Wali Nagari Tanjung; dan jajaran Polsek serta Koramil Koto VII. IST
SIJUNJUNG, HARIANHALUAN.ID — Bupati Sijunjung, Benny Dwifa berjanji akan membantu memfasilitasi pihak keluarga Muhammad Husni Sabil (28), warga asal Kabupaten Sijunjung yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar jika ingin bertemu dengan korban di Jakarta.
Berdasarkan informasi terakhir, Muhammad Husni Sabil asal Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII bersama 19 orang rekan lainnya kini sudah berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand.
“Kami sudah dapat kabar bahwa untuk sementara ini korban sekarang sudah di KBRI, namun belum bisa langsung pulang. Yang terpenting sudah keluar dulu dari perusahaan tersebut. Sekarang pihak keluarga kami minta untuk tenang, dan bersabar untuk proses ini. Insya Allah kalau sudah di KBRI sekarang ini korban sudah aman,” tutur Bupati Sijunjung saat mengunjungi keluarga korban beberapa waktu lalu.
Meski nanti, lanjut Benny, jika sudah sampai di Jakarta akan ada beberapa administrasi dan proses yang perlu diselesaikan dulu dan mungkin belum bisa langsung pulang ke Kabupaten Sijunjung.
“Kita lihat dulu perkembangannya nanti, bagaimana situasinya. Sehingga jangan nanti malah menambah khawatirkan pihak keluarga. Kalau memang memungkinkan keluarga pergi ke Jakarta untuk bertemu, kami akan fasilitasi nanti,” ujarnya.
Bahkan, setelah kepulangan korban nanti ke Sijunjung, pemkab akan bantu mengakomodir Sabil. “Target kami sekarang korban pulang dulu ke rumah, setelah itu kami kembalikan kepada pihak keluarga. Terkait nanti jika perlu peran pemerintah daerah akan fasilitasi melalui dinas terkait,” katanya.
Sejak mengetahui adanya warga Sijunjung yang menjadi korban TPPO di Myanmar, Pemkab Sijunjung terus melakukan langkah-langkah untuk membantu percepatan pemulangan korban ke Indonesia melalui koordinasi dengan sejumlah pihak.
“Usai dapat kabar, kami mengutus dinas terkait untuk memastikan kepada pihak keluarga korban di Nagari Tanjung, dan kemudian berkomunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Sumbar, BP3MI Sumbar, hingga pemerintah pusat. Alhamdulillah ternyata langsung disikapi oleh pemerintah pusat,” katanya.
Pemkab Sijunjung juga berkordinasi dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Wilayah Sumbar yang hingga kini terus memonitor perkembangan proses pemulangan korban dari KBRI Bangkok ke Indonesia.
“Kata BP3MI sekarang posisi korban sudah di KBRI Bangkok. Namun sekarang masih proses pendataan administrasi dulu. Kami masih nunggu perkembangannya, terkait kepulangan dan biaya ke Jakarta akan ditanggung pemerintah dan akan kami koordinasikan dulu. Kami masih nunggu kejelasan dari KBRI di Bangkok,” ujarnya.
Sementara itu, Dewi (46), ibu korban berterima kasih kepada pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat serta seluruh pihak yang telah membantu sampai saat ini. “Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Kami berharap Sabil bisa segera pulang dengan aman dan sehat,” tutur Dewi.
Ibu korban menceritakan, anaknya bisa sampai di Myawady, Myanmar setelah mengikuti ajakan temannya. “Katanya ada teman yang sama pemain figuran sinetron di Jakarta mengajak bekerja ke Thailand dengan gaji Rp12 juta per bulan,” kata Dewi.
Korban pun berangkat ke Myanmar bersama 19 orang lainnya dari Jakarta pada November 2022. “Tidak ada rasa curiga, sebelum berangkat katanya sempat tes interview. Dia (Sabil) masih menggunakan KTP Sijunjung, paspor, dan seluruhnya diurus perusahaan,” kata ibu empat anak tersebut.
Namun, bukannya ke Thailand, korban malah dibawa ke Myawady, Myanmar. “Mungkin karena polos anak saya tidak tahu kalau ternyata sudah sampai di Myanmar. Bulan pertama bekerja di sana anak saya sempat mengirim uang pulang, begitu juga bulan kedua tapi jumlahnya tidak sama,” ujarnya.
Dewi mengatakan, anaknya dipaksa bekerja sebagai scammer online yang merupakan modus penipuan. “Mereka dipaksa dan disekap, bahkan disiksa kalau tidak mau bekerja. Mereka juga diancam kalau berani buka mulut. Itu terjadi sudah sejak Februari 2023 kemarin,” kata ibu korban.
Korban merantau ke Jakarta sejak 2 tahun lalu, dan bekerja di luar negeri sudah enam bulan. “Hilang komunikasi sejak 21 April kemarin pada momen Lebaran. Kami sesama pihak keluarga punya grup WA dengan 20 keluarga korban lainnya. Korban terdiri dari berbagai daerah. Dari situ kami terus memantau kondisi mereka,” ujarnya. (ogi)