SOLOK SELATAN, HARIAN HALUAN.ID – Solok Selatan, sebuah kabupaten di Sumatera Barat yang terkenal dengan keindahan alam dan kuliner khasnya, memiliki potensi besar dalam industri makanan ringan. Salah satu produk unggulan yang sedang berkembang adalah kerupuk kulit.
Kerupuk kulit, yang sering disebut juga sebagai “jangek” dalam bahasa Minang, merupakan camilan yang digemari oleh banyak orang. Bahan baku utama kerupuk kulit adalah kulit sapi atau kerbau yang diolah dengan cara dikeringkan dan digoreng hingga mengembang.
Titi Rosdian, pengusaha kerupuk kulit “Bang Yin” di Nagari Pasar Muaralabuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan mengatakan, untuk memperoleh bahan baku di Solok Selatan tidak terlalu sulit.
Solok Selatan memiliki banyak peternakan sapi dan kerbau, dan didukung ketersediaan bahan baku dari daerah tetangga seperti daerah Solok dan Jambi. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku kulit, Titi membuat kesepakatan kontrak dengan peternak maupun penjual bahan baku.
“Bahan baku kita ambil dari Pasar Padang Aro, itu setiap Sabtu dan Rabu. Kita juga punya tim yang bertugas mencari bahan baku di daerah Solok. Sistemnya kita buat kontrak kerjasama untuk menjamin ketersediaan kulit. Kami mengutamakan citra rasa, makanya kami mencari bahan baku yang berkualitas dan pengolahannya juga dengan sebaik mungkin,”ujarnya beberapa waktu lalu.
Adapun harga bahan baku, biasanya berkisar antara Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram tergantung dengan jenis dan kualitas kulit. Sementara harga kerupuk kulit di jual menggunakan satuan sukat/gantang sebesar Rp20 ribu/sukat.
Kerupuk Kulit Bang Yin, merupakan usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 2010. Usaha ini mulai serius dikelola sejak tahun 2012. Berawal dari proses pengolahan yang manual, perlahan usaha kerupuk kulit ini melakukan inovasi terutama pada proses pengikisan bulu pada kulit yang sebelumnya memakan waktu cukup lama.
Untuk meningkatkan produktifitas pihaknya berharap mendapatkan bantuan dari Pemerintah daerah Solok Selatan. “Kami berharap bisa lebih meningkatkan lagi produktifias kami, punya ruang produksi yang terpisah, ingin menggunakan oven besar, jadi tidak hanya mengandalkan panas matahari untuk proses pengeringan kulitnya,”ujar Titi.
Dalam seminggu, kerupuk kulit Bang Yin rata-rata memproduksi sekitar seribu sukat. Dengan produktivitas yang berkelanjutan pada hari Rabu dan Sabtu. Dibutuhkan bahan baku kulit kurang lebih 500 kg. Adapun omset yang diperoleh, sekitar Rp20-Rp25 juta per bulan bahkan bisa lebih tergantung banyaknya permintaan pasar.
Usaha ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian masyarakat setempat. Usaha rumahan ini bahkan mampu menghidupi sekitar 15 karyawan. Mereka tersebar mulai dari bagian penyediaan stok bahan baku, produksi hingga tim pemasaran.
Kerupuk kulit adalah makanan ringan yang populer di berbagai daerah, terutama sebagai pelengkap hidangan seperti soto, bakso, dan gulai. Permintaan yang terus meningkat menjadi peluang besar bagi para pelaku usaha
Dengan kemajuan teknologi dan akses transportasi yang lebih baik, pemasaran kerupuk kulit kini tidak terbatas hanya di daerah lokal, tetapi juga ke pasar yang lebih luas. Kerupuk kulit Bang Yin telah merambah pasar Sungai Penuh Kabupaten Kerinci hingga beberapa kali sampai Padang.
Proses pembuatan kerupuk kulit cukup panjang dan membutuhkan ketelitian agar menghasilkan produk yang renyah dan berkualitas. Tahapan awal dimulai dari Pembersihan Kulit sapi atau kerbau dari sisa bulu, kotoran, sisa daging dan lemak, kemudian direbus agar lebih lunak.
Setelah di dinginkan, kulit dipotong kecil-kecil, lalu direbus kembali dengan tambahan bumbu seperti garam dan rempah-rempah agar memiliki cita rasa yang khas. Tahapan akhir yaitu proses pengeringan di bawah sinar matahari. Proses ini bisa memakan waktu 4-5 hari tergantung pada kondisi cuaca.
Kulit yang sudah kering lalu digoreng dalam minyak panas hingga mengembang dan renyah. Kemudian dikemas dalam plastik kedap udara agar tetap renyah dan tahan lama sebelum didistribusikan ke pasar.
Meskipun memiliki banyak peluang, usaha kerupuk kulit juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain, fluktuasi harga bahan baku, persaingan usaha, cuaca yang mempengaruhi proses pengeringan kulit dan tantangan pemasaran atau branding.
Usaha kerupuk kulit di Solok Selatan memiliki prospek yang cerah dengan dukungan sumber daya lokal, permintaan pasar yang tinggi, dan peluang ekspansi bisnis. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, dengan strategi yang tepat, usaha ini dapat berkembang menjadi industri yang lebih besar dan berdaya saing tinggi.Oleh karena itu, bagi masyarakat yang ingin mencoba peruntungan di bidang kuliner, usaha kerupuk kulit bisa menjadi pilihan yang menjanjikan. (*)