SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN. ID- Di tengah gemuruh suara mesin dan denting kebersamaan, hadir sebuah komunitas otomotif yang tak sekadar berbicara soal kendaraan. isuzu panther club indonesia (ipci) cabang solok selatan hadir dengan misi lebih luas: membangun solidaritas, mempererat persaudaraan, dan mempromosikan keindahan daerahnya.
Dideklarasikan pada tahun 2022, komunitas ini terus menunjukkan eksistensinya di jagat otomotif Sumatera Barat. Meski tergolong baru, jumlah anggota IPCI Solok Selatan yang mencapai 17 orang terbilang besar di antara cabang IPCI lain di provinsi ini. Angka itu menjadi cerminan antusiasme sekaligus komitmen para penggemar kendaraan Panther di daerah tersebut.
Apa yang membuat IPCI Solok Selatan istimewa bukan hanya soal kecintaan mereka pada kendaraan legendaris keluaran Isuzu, tetapi filosofi unik yang mereka anut sebagai dasar kebersamaan. “Tidak ada aturan tapi tertib, tidak ada pengurus tapi terpimpin, tidak ada ikatan tapi hubungan erat, tidak sedarah tapi keluarga,” demikian prinsip yang mengikat para anggotanya.
Menurut Tri, koordinator komunitas, nilai “Paseduluran” atau badunsanak menjadi napas utama dalam setiap kegiatan. “Kita ini bukan sekadar klub, tapi keluarga. Kita saling menjaga, saling bantu, dan berusaha bermanfaat bagi sekitar,” ujar pria yang juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial di Solok Selatan.
Tak hanya berkumpul untuk sekadar mengobrol soal kendaraan, IPCI menjadikan setiap momen kebersamaan sebagai wadah memperkuat relasi sosial dan memperkenalkan daerahnya. Melalui kegiatan kopdar (kopi darat), mereka aktif mengundang komunitas dari luar daerah untuk datang dan menyaksikan langsung potensi Solok Selatan.
Salah satu agenda yang berkesan adalah kopdar se-Sumatera Barat yang digelar di Menara Songket, kawasan ikonik Seribu Rumah Gadang. Agenda ini bukan sekadar pertemuan antaranggota, melainkan ajang memperkenalkan kekayaan budaya dan alam Solok Selatan ke komunitas otomotif lainnya.
“Teman-teman dari Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, dan daerah lain kita ajak jalan-jalan. Banyak yang baru tahu Solsel punya destinasi sebagus ini. Kita ke Seribu Rumah Gadang, ke air terjun, dan spot-spot lainnya. Mereka senang sekali,” ujar Tri.
Kegiatan tersebut menjadi bukti bahwa komunitas otomotif pun bisa menjadi duta wisata yang efektif. Dengan pendekatan informal dan kebersamaan, mereka mengenalkan wajah ramah dan potensi alam daerah tanpa formalitas yang kaku.
Selain promosi wisata, IPCI Solok Selatan juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Dalam beberapa kesempatan, mereka terjun langsung membantu korban bencana di Sumatera Barat dan menyalurkan bantuan ke panti asuhan serta masyarakat kurang mampu.
Agenda internal mereka pun tak kalah menarik. Dari kegiatan camping ground, arisan keluarga, hingga baksos rutin, semuanya dirancang untuk menjaga kehangatan hubungan antaranggota. “Kebersamaan itu harus terus dipupuk. Kami sadar, komunitas ini besar karena kekeluargaan, bukan sekadar kendaraan,” ujar salah satu anggota.
Dengan semangat yang dibalut rendah hati, komunitas ini menjunjung moto: “Merendahlah serendah-rendahnya agar orang lain tak mampu lagi merendahkanmu.” Kalimat itu bukan sekadar slogan, tetapi sikap hidup yang mereka wujudkan dalam setiap langkah.
Dalam keseharian, para anggota IPCI Solok Selatan bukan hanya mekanik atau penggemar otomotif. Mereka adalah pekerja, ayah, warga desa, dan tokoh masyarakat yang menjadikan komunitas ini sebagai bagian dari pengabdian pada tanah kelahiran.
Dari balik suara deru mesin Panther, tumbuh kepedulian yang nyata. Bukan hanya terhadap sesama anggota, tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat yang lebih luas.
Kini, IPCI Solok Selatan tak hanya dikenal sebagai komunitas otomotif. Mereka adalah penggerak sosial dan budaya yang membawa semangat cinta daerah ke dalam tindakan nyata.
Di saat banyak komunitas hanya berkutat pada hobi dan eksklusivitas, IPCI Solok Selatan menunjukkan arah yang berbeda. Dengan kesederhanaan dan ketulusan, mereka mengisi ruang sosial dan memperkenalkan Solok Selatan dari sisi yang lebih humanis.
Dalam kiprah mereka, komunitas bukan hanya tempat berkumpul, melainkan ruang bertumbuh dan memberi arti. Sebuah pesan kuat bahwa dari kegemaran terhadap kendaraan, bisa lahir gerakan kecil yang membawa dampak besar. (*)