Pondok Belajar Lubuk Gadang menjadi contoh nyata komitmen mereka terhadap ketahanan pangan. Di lahan pekarangan, mereka membangun ruang edukasi yang mengajarkan cara bertani ekologis, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Inovasi kecil ini menciptakan dampak besar bagi ketahanan pangan lokal.
Pendidikan kritis menjadi pilar yang tak bisa dipisahkan dari perjuangan Winalsa. Mereka fokus pada pemberdayaan perempuan dan generasi muda melalui pelatihan, kaderisasi, dan pendampingan. Termasuk pula trauma healing bagi korban bencana, sebagai bentuk kepedulian terhadap aspek kemanusiaan.
Puncaknya, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Minggu (22/6), KPA Winalsa menggagas penanaman 1.000 pohon di kawasan Bumi Perkemahan Camintoran, Sangir. Lokasi ini dulunya ramai dikunjungi namun kini mulai gundul. Aksi ini menjadi simbol nyata semangat penghijauan yang menyatukan masyarakat lintas generasi.
Dalam kegiatan tersebut, KPA Winalsa menggandeng sejumlah mitra seperti WALHI Sumbar, LSM Sumatera Green Forest, KAPAS, Adventure Coffee Mountain, dan para pelajar tingkat SMP. Bibit yang ditanam pun bukan sembarang pohon, melainkan jenis produktif seperti durian, kopi, kayu manis, petai, dan jengkol.
Menurut Hendri, penanaman pohon produktif bertujuan untuk menyatukan dua misi sekaligus: penghijauan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Camintoran punya nilai sejarah bagi warga kami. Dulu tempat ini ramai, tapi sekarang dibiarkan gundul. Kami ingin menghidupkannya lagi,” ujarnya.
Secara legal, KPA Winalsa berdiri kukuh sebagai organisasi berbadan hukum. Mereka memiliki akta pendirian sejak 2004 dan telah memperoleh pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM pada 2018. Hal ini menjadi bukti komitmen mereka dalam jangka panjang.