“Di homestay, tamu tidak hanya tidur, tetapi juga makan bersama keluarga pemilik rumah, mendengar kisah tradisi, hingga ikut dalam aktivitas sehari-hari. Ada rasa yang dibagi, bukan sekadar jasa,” katanya.
Parade ini sekaligus memperkuat branding SRG sebagai museum hidup Minangkabau. Dengan deretan rumah gadang megah, suasana pedesaan yang asri, hingga atraksi budaya yang kental, kawasan ini menjelma etalase budaya nagari yang layak dipromosikan ke tingkat dunia.
Malam hari, SRG menghadirkan atmosfer romantis dengan taburan bintang di langit, sementara sore hari memberi cahaya emas sempurna untuk mengabadikan pesona arsitektur adat. Semua itu melengkapi pengalaman wisatawan yang datang, baik lokal maupun mancanegara.
Rombongan sosialita peserta parade sebelumnya tiba di Bandara Internasional Minangkabau, lalu melanjutkan perjalanan darat ke Solok Selatan. Selain mengikuti parade adat, mereka juga berkunjung ke sentra seni kriya tradisional, dan akan ikut dalam upacara puncak HUT ke-80 RI bersama warga nagari.
Dengan revitalisasi SRG yang sejak 2018 dicanangkan Presiden Joko Widodo, kini kawasan ini tak hanya memiliki rumah gadang megah, tapi juga fasilitas pendukung seperti Menara Songket, panggung pertunjukan, pusat informasi, hingga cenderamata.
Kehadiran rombongan sosialita Nusantara di Solok Selatan menjadi bukti bahwa adat nagari bukan hanya identitas, tetapi juga aset besar untuk promosi pariwisata budaya Minangkabau. (*)