SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID – PT Supreme Energy Muara Laboh (PT SEML) menyelenggarakan kegiatan Konvergensi Penurunan Stunting di GOR Supreme Kecamatan Pauh Duo, Rabu (3/9/2025).
Program ini melibatkan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya menekan angka stunting melalui penyaluran 3.000 paket makanan tambahan, sosialisasi kesehatan, gizi, serta penguatan kearifan lokal.
Site Support Manager PT SEML, Erwin Patrisa Florits, mengatakan fokus CSR perusahaan pada bidang kesehatan diarahkan untuk menekan angka stunting di daerah dengan angka kasus tinggi.
“Salah satu pilar CSR PT SEML memang di bidang kesehatan. Penurunan angka stunting juga menjadi program nasional dimana kami diminta dari Kementerian ESDM sebagai program wajib dalam pemberdayaan masyarakat. Karena itu kami mulai dari Pauh Duo yang angka stuntingnya cukup tinggi,” ujarnya.
Menurut Erwin, distribusi 3.000 paket makanan tambahan akan dilakukan selama dua minggu. “Paket ini khusus untuk Kecamatan Pauh Duo, dengan komposisi makanan yang disusun bersama ahli gizi dari puskesmas dan UMKM lokal. Jika dalam dua minggu tidak ada penurunan, program ini akan dievaluasi. Harapan kami program ini berlanjut setiap tahun,” jelasnya.
Camat Pauh Duo, Aig Wadenko, mengapresiasi dukungan PT SEML yang dinilai mengisi ruang kosong program pemerintah. “Kita ucapkan terima kasih dengan keterlibatan PT SEML karena memang hari ini PT SEML mengisi ruang-ruang yang kami butuhkan. Kita ketahui bersama, karena efisiensi anggaran, hampir seluruh program tidak ada. Ruang inilah yang diisi PT SEML melalui pemberian makanan tambahan,” katanya.
Aig menyebut, angka stunting di Pauh Duo tahun 2025 tercatat masih tinggi yakni 28,7 persen. Dari 885 anak yang diukur di posyandu, terdapat 255 anak yang terindikasi stunting. “Itu yang kita intervensi. Teknis penyaluran makanan tambahannya, kita berdayakan UMKM untuk produksi, lalu didistribusikan ke nagari, dan selanjutnya melalui kader di lapangan,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan, dr. Pendewal, menyebut angka stunting global di Solok Selatan berada di angka 12,9 persen atau 1.129 anak dari 8.759 yang diukur. “Harapan kami luar biasa sekali. Jika seluruh PT di Solok Selatan melakukan intervensi seperti SEML, maka target penurunan angka stunting bisa lebih cepat tercapai,” ungkapnya.
Pendewal menjelaskan penanganan stunting tidak cukup hanya di balita. “Untuk menurunkan angka stunting, kita harus tarik ke belakang. Mulai dari remaja putri dengan tablet tambah darah, memastikan ibu hamil sehat, hingga bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Data menunjukkan faktor stunting hanya 30 persen dari sektor kesehatan, 70 persen dari lintas sektor seperti ekonomi, sanitasi, hingga pola asuh,” jelasnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DP2KB) Solok Selatan, Erawati juga menambahkan bahwa jumlah keluarga berisiko stunting menurun signifikan.
“Di tahun 2023 tercatat 12.120 keluarga berisiko stunting, turun menjadi 8.377 keluarga pada 2024. Penurunan ini dipengaruhi meningkatnya peserta KB, membaiknya akses sanitasi dan air bersih. Intervensi kami berbasis keluarga melalui pendampingan kader, rujukan ke posyandu, hingga program Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (Genting),” paparnya.
Melalui kolaborasi PT SEML dengan pemerintah daerah, puskesmas, ahli gizi, UMKM, serta masyarakat, diharapkan program intervensi ini dapat mempercepat penurunan stunting di Pauh Duo, dan selanjutnya bisa diperluas ke kecamatan lain di Solok Selatan. (*)