SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID-
Gelombang energi baru terbarukan (EBT) terus mengalir dari Bumi Sarantau Sasurambi Kabupaten Solok Selatan. Daerah ini kembali menjadi sorotan nasional setelah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 resmi memasuki tahap pengeboran sumur pertama, Rabu (16/10).
Proyek hijau senilai USD490 juta atau sekitar Rp7,6 triliun ini menjadi wujud nyata kolaborasi strategis antara PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML), Sumitomo Corporation, dan INPEX Geothermal Ltd dari Jepang sekaligus menandai langkah penting Indonesia dalam memperkuat kemandirian energi bersih.
Unit 2 PLTP Muara Laboh akan menambah kapasitas listrik 80 megawatt (MW), melanjutkan keberhasilan Unit 1 yang telah beroperasi sejak 2019 dengan daya 85 MW. Presiden Direktur PT SEML, Nisriyanto, menyebut pengembangan ini sebagai bukti komitmen perusahaan terhadap transisi energi nasional.
“Kami menargetkan pembangunan selesai pada akhir 2027. Sebanyak enam hingga delapan sumur produksi dan injeksi akan dibor untuk memastikan pasokan energi panas bumi yang stabil dan berkelanjutan,” ujarnya.
Lebih dari sekadar proyek bisnis, Unit 2 diharapkan menjadi katalis peningkatan bauran energi hijau Indonesia dan memperkuat ketahanan listrik di wilayah Sumatera.
Dalam tahap pengembangannya, SEML telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN (Persero) pada 23 Desember 2024. Proyek ini juga mendapat dukungan lembaga keuangan internasional seperti Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Asian Development Bank (ADB), Mizuho Bank, SMBC, MUFG Bank, dan Hyakugo Bank Ltd, dengan jaminan dari Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah menyebut proyek ini sebagai langkah besar menuju masa depan energi hijau provinsi.
“Sumbar memiliki potensi panas bumi yang luar biasa. Investasi ini menjadi bukti bahwa pembangunan berkelanjutan bisa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Solok Selatan Khairunas menegaskan dukungan penuh pemerintah kabupaten terhadap proyek Unit 2, yang dinilai membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
“Sekitar 80 persen tenaga kerja yang terlibat adalah warga lokal. Selain menyerap ribuan tenaga kerja, kontribusi SEML terhadap PAD daerah juga signifikan mencapai Rp30 miliar per tahun, dan berpotensi naik dua kali lipat ketika Unit 2 beroperasi,” jelasnya.
Selain membuka kurang lebih 1.500 lapangan kerja selama masa konstruksi, proyek ini juga menggerakkan ekonomi lokal melalui keterlibatan pelaku usaha di sekitar area operasi.
PT SEML menunjuk PT Plumpang Raya Anugerah sebagai kontraktor pengeboran, serta menggandeng konsorsium Sumitomo Corporation, PT Inti Karya Persada Tehnik, dan PT Wasaka Mitra Engineering untuk pekerjaan EPC (Engineering, Procurement, and Construction).
Tak hanya di Solok Selatan, Supreme Energy juga mengelola PLTP Rantau Dedap (91,2 MW) di Sumatera Selatan dan tengah menyiapkan eksplorasi panas bumi di WKP Rajabasa, Lampung. Hal ini sekaligus mempertegas kiprahnya sebagai pionir energi panas bumi di Indonesia.
PLTP Muara Laboh Unit 2 bukan hanya menambah daya listrik, tapi juga memperkuat posisi Sumatera Barat sebagai salah satu daerah dengan kontribusi signifikan terhadap visi Indonesia Net Zero Emission 2060. (*)