Pemkab Upayakan Dua Lokasi Pengadaan Pabrik Mini Minyak Goreng di Solok Selatan

Pabrik Mini Minyak Goreng

Pemkab Solsel bahas pengadaan dua unit pamigo dengan Dirjen Kementrian Pertanian RI

SOLOK SELATAN , HARIANHALUAN.ID – Pengadaan Pabrik Mini Minyak Goreng (Pamigo) di Kabupaten Solok Selatan, terus diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, melalui Dinas Pertanian khususnya di bidang perkebunan.

Saat ini, Dinas Pertanian tengah merampungkan beberapa persyaratan pengadaan pamigo di Kantor Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI di Jakarta.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Solok Selatan, Admi Zulkhairi kepada Haluan mengabarkan bahwa pihaknya mengusulkan dua pamigo untuk Kecamatan Sangir Balai Janggo dan Sangir Batang Hari.

“Kita usulkan ke Kementan dua pamigo. Alhamdulillah sudah clear dan seminggu lagi kita siapkan bahan-bahan persyaratannya, lokasinya satu di Sangir Balai Janggo, satunya di Sangir Batang Hari,” ujar Admi menerangkan via telepon, Kamis (13/6/2024).

Selain itu, Admi juga menerangkan, pihaknya mengusulkan beberapa item lainnya untuk pengembangan potensi pertanian di Solok Selatan, yaitu alsintan pengolah sawit, jalan produksi dan intensifikasi pertanian.

“Sarpras untuk kelompok tani sawit masih ada kesempatan mendapatkan bantuan bibit dan pupuk untuk intensifikasi minimal 50 hektare,” katanya.

Untuk itu, diminta kepada kelompok tani Solok selatan yang ingin mengajukan bantuan tersebut, agar segera menyiapkan usulannya dan dapat memenuhi persyaratan pengajuan sarpras. Kemudian pihaknya juga mengabarkan bahwa Solok Selatan akan mendapatkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), yang ditargetkan minimal 500 hektare untuk tahun 2024.

“Sebanyak 500 hektare ini bisa lebih juga, tergantung persyaratan yang dipenuhi. Satu hektarenya akan dibantu sebanyak Rp30 juta. Nah, nantinya akan diupayakan menjadi Rp60 juta perhektarenya, tapi disertakan dengan tumpang sari tanaman pangan, misalanya padi gogo atau jagung,” ucapnya.

Terkait hal itu, pihaknya menyatakan saat ini sudah ada 50 hektare PSR, yang masuk ke tahapan rekomendasi teknis (rekomtek) di Kementan RI, sementara yang sedang diusulkan lagi sekitar 229 hektare.

“Yang sudah rekomtek 50 hektare, yang sedang diproses usulannya ada 229 hektare lagi dan itu yang berhak mengajukan adalah kelompok tani, gabungan kelompok tani atau juga koperasi,” ujarnya.

Pamigo diyakini bisa menjadi solusi untuk petani sawit skala kecil di Solok Selatan. Hal ini akan berperan besar pada hilirisasi hasil perkebunan sawit rakyat, yang luasan lahannya selalu mengalami peningkatan setiap tahun di Kabupaten Solok Selatan.

Dengan potensi tersebut, berondolan buah sawit masyarakat bisa terjual dengan mahal, karena baik pengelolan dan pemanfaatannya bisa diakomodir langsung oleh masyarakat dalam bentuk koperasi atau kelembagaan pekebun, berkolaborasi dengan instansi daerah terkait.

Saat ini, Dinas Pertanian Solsel Bidang Perkebunan sedang merampungkan beberapa persyaratan utama pengadaan pamigo, beberapa diantaranya seperti legalitas lahan pembangunan, perizinan hingga pernyataan ketersediaan bahan baku TBS sekurang-kurangnya 1.800 ton/tahun.

Untuk diketahui peluncuran pamigo bukanlah hal yang baru. Pada akhir tahun 2022, terobosan ini berhasil mencuri perhatian dalam kegiatan Perkebunan Expo (BunEx) di Jakarta Convention Center.

Ketika itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr Cn Rino Afrino yang hadir secara langsung dalam BunEx 2022 menyatakan, bahwa program pabrik mini minyak goreng diperkirakan bisa memberikan keuntungan hingga 29 persen atas investasi atau setara Rp594.360.000 pertahun.

“Dengan demikian, bagi petani yang menggunakan dana pinjaman (KUR) dengan bunga 6 persen pun akan masih menguntungkan. Kemungkinan penggunaan dana BPDPKS sangat memungkinkan, sepanjang persyaratannya memenuhi,” ucapnya.

“Mirip seperti pabrik biasa, pamigo terbagi jadi tiga tahap tapi dalam kapasitas yang lebih kecil. Tahap pertama ada unit pengolahan sawit rakyat, tahap kedua adalah unit Produksi Red Palm Oil (RPO). Kemudian tahap terakhir adalah unit roduksi Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO),” kata Rino menambahkan.

Dalam tahap pertama proses mengolah buah sawit petani, pamigo dalam hal ini memerlukan 7,5 ton TBS per hari atau 4,8 ton berondol perhari untuk diolah menjadi 1,5 ton crude palm oil (CPO) perhari.

CPO kemudian diolah dalam tahap kedua untuk menghasilkan 900-950 kg RPO perhari. Lalu, masuk dalam tahap penyulingan ketiga, maka RPO diolah menjadi RBD-PO mencapai 900-950 kg perhari.

Kemudian pada gelaran Penas Tani 12 Juni 2023, pemerintah pusat melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, juga pernah memberikan bantuan hibah pamigo sebesar Rp4 miliar kepada Pemerintah Provinsi Sumbar (Pemprov Sumbar). (*)

Exit mobile version