SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok Selatan melaksanakan sosialisasi edukasi dan informasi terkait mitigasi bencana ke beberapa sekolah negeri dan swasta khususnya yang berlokasi pada daerah rawan atau potensi bencana.
Hal ini dilakukan dalam rangka pelaksanan komitmen bersama Kepala Daerah Solok Selatan dalam kemitigasian kebencanaan. Adapun jumlah sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi edukasi kebencanaan, yaitu sebanyak 23 sekolah tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Solok Selatan.
Kalaksa BPBD Solok Selatan, Novi Hendrix menjelaskan, berdasarkan kajian resiko bencana yang telah dilakukan, seluruh wilayah Solok Selatan pada 7 kecamatan yang ada, memiliki tingkat resiko bencana sedang hingga tinggi.
“Seluruh kecamatan di Solsel mempunyai tingkat resiko bencana sedang dan tinggi. mulai dari gempa, longsor, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, gunung meletus dan badai,” ujar Novi Hendrix dihubungi pada Kamis (25/7).
Adapun bentuk edukasi yang di lakukan berupa pengenalan jenis bencana, pengenalan resiko bencana, simulasi singkat penanganan bencana, hingga pengenalan terhadap pihak-pihak terkait kebencanaan.
Ia juga menanggapi himbauan Pemprov Sumbar terkait pengadaan alat pendeteksi dini kebencanaan atau Early Warning Sistem (EWS) untuk segera diadakan di Solok Selatan.
“Pengadaan EWS sangatlah penting dilakukan, namun tentu disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah. Untuk Solsel, EWS yg dibutuhkan adalah EWS gempa, gunung meletus, pergerakan tanah,” ungkapnya.
Selain itu Novi Hendrix mengatakan, dalam pekan ini BPBD Solsel juga akan berkolaborasi dengan pihak pemerintahan nagari untuk pembentukan Desa Tangguh Bencana (DESTANA) dan Kelompok Sadar Bencana (KSB).
“Setiap nagari kita anjurkan untuk menjadi Destana, pembentukannya diserahkan seluruhnya ke pihak pemerintahan nagari tergantung kesiapannya, karena KSB bersifat relawan yg di SK-kan oleh pemerintahan nagari,” sambung Novi Hendrix.
Nantinya yang akan bertindak sebagai penanggung jawab KSB dan Destana merupakan seluruh unsur pilanthopi, terdiri atas pemerintahan nagari itu sendiri, tokoh masyarakat, lembaga adat nagari dan unsur masyarakat lainnya yang berkompeten.
Disebutkan sejauh ini baru ada dua nagari yang menyatakan kesiapannya menjadi Destana dan membentuk KSB, yaitu Nagari Kapau Kecamatan Pauh Duo, dan Nagari Sako Pasir Talang Kecamatan Sungai Pagu.
Dua kenagarian tersebut diharapakan bisa menjadi nagari percontohan untuk kemudian bisa ditiru dan diterapkan oleh seluruh nagari di Solok Selatan. (*)