PADANG, HARIANHALUAN.ID — Selain pihak-pihak yang terkait, masyarakat yang merupakan calon penumpang pun tentu ikut bersuara tentang Terminal Anak Air.
Rahma, warga Parak Karakah, menilai, penempatan Terminal Anak Air kurang tepat. Pasalnya, lokasi terminal itu dianggap terlalu jauh bagi sebagian warga. Begitu pula yang dilontarkan oleh Wati sehingga terminal tersebut sangat sepi dan sangat jarang penumpang bus yang naik dan turun dari terminal tersebut.
“Lokasinya itu di pinggiran, tidak hanya itu posisinya juga masuk ke dalam komplek pemukiman warga. Jadinya akses ke sana agak sulit ditambah tidak ada rambu-rambu yang jelas sebagai penunjuk adanya terminal,” ujarnya.
Ia mengaku, terminal tersebut secara fasilitas sangat layak bagi penumpang dan pemilik bus, bahkan layak pula bagi pelaku UMKM yang ingin berjualan di sana.
“Akan tetapi, kenyataannya tempat itu sepi hampir tidak ada yang datang. Makanya toko-toko yang sudah disediakan tidak ada yang berani mengisi karena takut rugi tidak ada aktivitas jual beli,” ungkapnya.
Pendapat sama dilontarkan oleh Fandi, menurutnya dengan jarak terminal anak itu kebanyakan masyarakat atau penumpang lebih memilih naik bus dari pinggir jalan atau di pool pembelian tiket salah satu PO bus.
“Tentu warga malas ke terminal karena jarak yang jauh. Hitung-hitung berapa ongkos yang keluar untuk pergi ke sana. Dan juga pembelian tiket sering dilakukan melalui telepon untuk menghemat biaya apalagi sekarang zaman sudah canggih,” ujarnya.
Ia mengatakan, dengan kondisi terminal yang seperti itu pemerintah harus segera berbenah dan mencari solusi agar hal itu tidak berlanjut. Sebab, ini menjadi kerugian besar bagi pemerintah yang telah membangun fasilitas yang sangat baik, namun tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. “Terminal itu pasti dibangun dengan biaya yang tidak murah, dapat dilihat dari luas dan isi dalamnya. Makanya pasti rugi dan sia-sia karena tidak ada aktivitas di sana,” ujarnya. (*)