“Tugu atau gapura terminal juga penting karena gapura itu identik bagi terminal, akibatnya beberapa masyarakat tidak tahu kalau ada terminal untuk bus dan itu terjadi pada penumpang kami yang rumahnya dekat dengan terminal ini. Warga tahunya ini tempat pemberhentian Trans Padang karena sering terlihat keluar masuk,” ujarnya lagi.
Hafiz menilai posisi atau letak lokasi Terminal Anak Air sangat tidak strategis, dikarenakan terlalu jauh di pinggiran kota. Ia membandingkan dengan terminal yang sempat beroperasi di Air pacah yang berposisi lebih baik.
“Terminal yang sekarang itu jauh di pinggir kota, penumpang pun berpikir panjang untuk turun di sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah harus mempertegas regulasi atau peraturan agar semua bus mau masuk ke terminal. Menurutnya, jika telah didukung dengan akses jalan yang baik dan peraturan yang ketat, maka kondisi terminal akan menjadi ramai dibandingkan sekarang.
“Kita ingin regulasi dari pemerintah yang tegas bagi bus baik dari arah selatan maupun utara, wajib masuk ke terminal dan beri sanksi bagi yang melanggar. Sangat disayangkan saja terminal yang mewah dengan fasilitas yang hampir mirip bandara ini sangat sepi dan minim aktivitas layaknya terminal yang lain,” ucapnya.
lebih lanjut ia katakan, sebaiknya angkot juga harus diwajibkan masuk ke terminal agar bisa mengambil penumpang dari Pasar Raya Padang yang ingin keluar daerah dengan barang bawaan yang banyak dan tidak hanya mengandalkan penumpang Trans Padang saja. “Target penumpang bus AKDP salah satunya adalah masyarakat luar daerah yang berbelanja barang dagangan di Pasar Raya. Mereka membawa barang banyak dan tidak mungkin membawa barang itu dengan menaiki bus Trans Padang. Ini salah satu yang diharapkan perlu dipertimbangkan,” ujarnya. (*)