PADANG, HARIANHALUAN.ID – Sejak diresmikannya Terminal Anak Air tersebut, selama satu tahun masa percobaan agen-agen PO bus menjerit. Bagaimana tidak, terminal yang seharusnya dipenuhi bus-bus, calon penumpang, bahkan aktivitas perdagangan sepi sepi saja.
Salah satu Agen PO Bus Al Hijrah, Hafiz yang berhasil diwawancarai Haluan, mengatakan, selama lebih kurang setahun ia berada di sana suasana terminal benar-benar sepi mulai dari penumpang sampai dengan PO bus itu sendiri.
“Walaupun sudah banyak stand berderet yang tersedia, tapi tidak semua agen yang menempati stand tersebut. Paling cuma 2-3 agen PO bus saja,” ujarnya, Rabu (11/12).
Menurutnya, fenomena itu dikarenakan jalan masuk terminal yang tidak memadai dan tidak sesuai dengan standar jalan masuk bagi bus terutama yang berbadan besar. Jalan masuk menuju terminal dinilai perlu diperlebar agar bisa dilalui bus besar dari dua arah. Pengerjaan ini harus segera dituntaskan sehingga fungsi terminal dapat berjalan lebih efektif.
“Ini bukan jalan untuk bus karena terlalu kecil melainkan untuk jalan komplek. Akses jalan ini membuat bus enggan masuk ke terminal, padahal seharusnya setiap bus wajib masuk untuk melakukan ramcek,” ujarnya.
Katanya, berbeda dengan terminal bus seperti di kota dan provinsi lain, Terminal Anak Air tidak memiliki tugu sebagai tanda telah memasuki area terminal. selain itu agar terminal ramai, pemerintah perlu juga melakukan promosi dan iklan sebagai bentuk imbauan kepada masyarakat.
“Tugu atau gapura terminal juga penting karena gapura itu identik bagi terminal, akibatnya beberapa masyarakat tidak tahu kalau ada terminal untuk bus dan itu terjadi pada penumpang kami yang rumahnya dekat dengan terminal ini. Warga tahunya ini tempat pemberhentian Trans Padang karena sering terlihat keluar masuk,” ujarnya lagi.
Hafiz menilai posisi atau letak lokasi Terminal Anak Air sangat tidak strategis, dikarenakan terlalu jauh di pinggiran kota. Ia membandingkan dengan terminal yang sempat beroperasi di Air pacah yang berposisi lebih baik.
“Terminal yang sekarang itu jauh di pinggir kota, penumpang pun berpikir panjang untuk turun di sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah harus mempertegas regulasi atau peraturan agar semua bus mau masuk ke terminal. Menurutnya, jika telah didukung dengan akses jalan yang baik dan peraturan yang ketat, maka kondisi terminal akan menjadi ramai dibandingkan sekarang.
“Kita ingin regulasi dari pemerintah yang tegas bagi bus baik dari arah selatan maupun utara, wajib masuk ke terminal dan beri sanksi bagi yang melanggar. Sangat disayangkan saja terminal yang mewah dengan fasilitas yang hampir mirip bandara ini sangat sepi dan minim aktivitas layaknya terminal yang lain,” ucapnya.
lebih lanjut ia katakan, sebaiknya angkot juga harus diwajibkan masuk ke terminal agar bisa mengambil penumpang dari Pasar Raya Padang yang ingin keluar daerah dengan barang bawaan yang banyak dan tidak hanya mengandalkan penumpang Trans Padang saja. “Target penumpang bus AKDP salah satunya adalah masyarakat luar daerah yang berbelanja barang dagangan di Pasar Raya. Mereka membawa barang banyak dan tidak mungkin membawa barang itu dengan menaiki bus Trans Padang. Ini salah satu yang diharapkan perlu dipertimbangkan,” ujarnya. (*)