PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Pariaman mencatat sebanyak 14 ekor ternak sapi di Desa Punggung Lading, Kecamatan Pariaman Selatan terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DPPP) Kota Pariaman, Marini Jamal menduga, belasan ekor sapi tersebut tertular dari dua ekor sapi baru yang didatangkan peternak dari Nagari Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
“Keterangan dari peternak, gejala PMK pada sapi ternaknya sudah masuk hari ketiga. Virusnya diduga ditularkan dari dua ekor sapi baru yang dibawa peternak ke kandang sapinya,” papar Marini, Rabu (8/1).
Ia menerangkan, laporan PMK masuk pertama kali pada Selasa (7/1) sore. Petugas yang menerima laporan langsung memeriksa kondisi 14 ekor sapi yang terjangkit.
Katanya, sapi-sapi tersebut berasal dari kandang yang sama. Virus yang dibawa dua ekor sapi asal Sungai Sarik itu menular lewat udara dan dengan cepat menjangkit ke belasan ekor sapi lainnya.
“Petugas yang datang ke lokasi, memberi suntikan vitamin dan obat demam untuk 14 ekor sapi yang terjangkit. Kami juga memberi tiga botol desinfektan untuk membersihkan kandang sekali dua hari selama sepekan ke depan,” kata dia.
Lebih lanjut, Marini menuturkan bahwa peternak dari 14 ekor sapi itu sudah melakukan penanganan awal dengan memberikan air rebusan kunyit dan jahe ke ternaknya. Menurutnya, ramuan herbal tersebut cukup ampuh untuk mengembalikan kesehatan sapi ternak.
“Selain suntikan obat dan desinfektan, kami juga menganjurkan pemberian ramuan herbal tersebut dilanjutkan, karena cukup ampuh. Selama tiga hari terjangkit, peternak menyebut sapi-sapinya sudah mulai naik nafsu makannya,” ulas Marini.
Sementara itu, untuk langkah antisipasi, ia menuturkan bahwa saat ini pihaknya belum bisa memberikan vaksin ke peternak sapi di Kota Pariaman. Pasalnya, dari pemerintah pusat sudah menghentikan alokasi vaksin gratis.
“Untuk ketersediaan vaksin, kini sistemnya swadaya karena sudah tidak dialokasikan lagi dari pusat. Sebab, mengingat sebelumnya pemberian vaksin sering tidak mencapai target karena peternak kita banyak yang menolak,” katanya.
Kendati begitu, Marini menyebut pihaknya sudah optimal melakukan sosialisasi dan edukasi ke peternak sapi terkait penanganan awal terhadap sapi yang memiliki gejala PMK.
“Sejauh ini, para peternak sudah banyak yang paham bagaimana penanganan awal gejala PMK. Mereka sudah bisa meracik herbal untuk diberi ke sapi yang terjangkit,” jelasnya. (*)