Saat ini, Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo telah diakui oleh pemerintah daerah. Mereka menjadi bagian dari sekitar 80 sanggar seni di Solok Selatan, dengan 50% di antaranya aktif. Selain tampil dalam acara resmi, mereka juga melayani undangan masyarakat dengan tarif terjangkau, yaitu Rp3 juta per penampilan.
Kesenian kuda lumping tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga memiliki nilai budaya yang dalam. Tarian ini menggambarkan semangat heroisme dan aspek kemiliteran pasukan berkuda. Gerakan yang ritmis dan dinamis menjadi ciri khas tarian ini.
Selain itu, atraksi supranatural seperti kekebalan tubuh kerap menjadi bagian dari pertunjukan. Properti utama yang digunakan adalah kuda tiruan berbahan anyaman bambu yang dihiasi dengan rambut tiruan.
Turiman berharap generasi muda terus melestarikan tradisi ini. “Jangan sampai budaya kita hilang ditelan zaman. Mari kita rawat dan kenalkan kepada dunia,” pesannya.
Kuda lumping, atau jaran kepang, adalah seni tari tradisional Jawa yang kini telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan, hingga mancanegara seperti Malaysia, Suriname, dan Amerika Serikat. Tarian ini menjadi simbol warisan budaya yang mempererat persatuan lintas budaya.
Melalui Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo, kesenian ini terus hidup di Bumi Solok Selatan, menjadi bukti nyata bahwa tradisi adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (*)