“Jadi guru yang kita berikan materi pelatihan kemarin kita uji pada FTBI ini sebagai tolak ukurnya. Ini juga mendapatkan dukungan yang besar dari dinas pendidikan masing-masing daerah se-Sumbar. Untuk revitalisasi yang puncaknya pada FTBI ini sudah dirancang sejak Maret lalu, mulai dari rakor bersama dinas pendidikan, bimtek materi dan puncaknya di FTBI ini,” ujar Dewi.
Dalam upaya revitalisasi bahasa daerah ini, lanjut Dewi, di samping realisasinya pada awal tahun kemarin, namun secara berkelanjutan Balai Bahasa Sumbar memonitoring secara aktif dan berkelanjutan melalui pemantauan langsung imbas terapan materi yang telah diberikan oleh guru kepada muridnya di sekolah.
Selain itu, dalam halnya upaya menyasar langsung keluarga, pihak Balai Bahasa Sumbar juga telah melakukan kerja sama dengan Bunda Literasi kabupaten/kota di Sumbar. Kerja sama ini lebih kepada ajakan melalui bunda literasi agar di setiap keluarga muda di daerahnya membiasakan berbahasa daerah di rumahnya kembali.
“Bersama bunda literasi ini kita mengajak membiasakan keluarga di rumah kembali berbahasa Minang dalam hal mendidik anaknya. Kita berharap ini bisa dibiasakan oleh para keluarga, khususnya keluarga muda,” katanya.
Meratakan Kembali di Tahun Ini
Meski upaya revitalisasi bahasa daerah ini mulai digerakkan tahun 2024 kemarin dan melihat performanya, Balai Bahasa Sumbar pada tahun 2025 ini tetap kembali pada upaya dan pola yang sama. Salah satunya pencapaian yang merata akan sasaran penerapan bahasa daerah di sekolah.
“Kita melihat antusiasme kemarin, jadi mungkin akan masih upaya merata kembali untuk target tahun ini. Kita melibatkan guru yang baru, bukan guru yang sebelumnya lagi. Kita berikan bimtek agar mereka selanjutnya bisa melanjutkan ke sekolah,” kata Fitria Dewi.