PADANG, HARIANHALUAN.ID – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr M Djamil Padang, menyimpan berjuta kisah tentang denyut nadi kehidupan. Mulai dari kisah bahagia atas kelahiran seorang anak, kisah perjuangan mempertahankan hidup dengan upaya untuk sehat, hinga hingga kisah sedih karena kehilangan orang-orangyang dicintai karena dipanggil yang Maha Kuasa.
Dari wawancara langsung tim Harian Haluan dengan salah satu keluarga pasien pengidap kanker payudara stadium 4, Yusra (58) mengatakan, sebelum dirujuk ke RSUP Dr M. Djamil Padang, istrinya merupakan pasien yang dirawat di salah satu RS yang ada di Jambi dan harus ditindak untuk operasi. Karena keterbatasan alat operasi yang ada di RS tersebut, istrinya mesti dirujuk ke RS M. Djamil Kota Padang.
“Istri saya sudah mengidap kanker payudara sejak lima tahun yang lalu. Sejak saat itu segala bentuk pengobatan sudah dilakukan, dari mulai obat kampung hingga obat medis dari apotek maupun RS. Sudah dirawat sekian kali dan saat ini sel-sel kanker itu sudah menyebar ke organ tubuhnya yang lain,” tutur Yusra.
Selama dirawat di Jambi, sambungnya, dirinya berharap penanganan untuk tindakan operasi bisa dilakukan di sana. Namun, akhirnya, istrinya dirujuk pada Jumat, (10/1). Dirinya mengaku mendapatkan kendala saat menuju RS M. Djamil dikarenakan mobil RS mengalami kerusakan.
“Setelah dilaporkan ke pihak RS M. Djamil, Alhamdulillah responnya tidak terlalu lama meskipun bagi istri saya terasa lama, mungkin karena sakit yang ia rasakan. Tapi saya bersyukur karena RS M. Djamil cepat tanggap mengirimkan mobil pengganti,” tutur Yusra lagi.
Selain bersyukur atas respon cepat tersebut, ia mengaku pengurusan rujukan dari RS sebelumnya ke RS M. Djamil tidak ada kendala. Setelah memenuhi segala persyaratan dengan pihak RS, saat diwawancara, dirinya tengah menunggu kamar untuk tempat istrinya dirawat.
“Urusan rujuk merujuk sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu ketersediaan kamar. Ini sudah sekitar satu jam saya menunggu. Semoga tidak terlalu lama lagi dan istri saya cepat ditangani,” ujarnya.
Sementara itu, di ruang IGD, seorang balita bernama Marwa meraung-raung ditangani oleh sejumlah dokter. Dari wawancara tim Harian Haluan dengan ibunya, anaknya tak sengaja menyenggol gelas berisi air panas di atas meja di rumahnya dan mengenai bagian perut dan dadanya.
Novi, ibu dari balita tersebut mengatakan dirinya sangat histeris melihat anaknya tersiram air panas. Ia dan adiknya langsung bergegas membawa anaknya tersebut ke RS M. Djamil. Ia katakan, saat sampai di IGD, dirinya langsung disambut oleh paramedis dan anaknya langsung ditangani.
“Saya bersyukur anak saya langsung ditangani oleh paramedis di sini. Tidak banyak yang harus diurus setelah anak saya ditangani. Anak saya ditangani dengan baik, sudah diperban di bagian luka bakar dan sekarang tinggal menunggu obat pengering luka,” ujar Novi.
Ia mengatakan, tidak ada kendala selama anaknya ditangani. Kedepannya, Marwa mesti menjalani kontrol dan mengganti perban setelah tiga hari. Pihak RS juga tidak memperbolehkan perban anaknya basah, baik oleh air maupun oleh keringat.
“Arahan dokter di sini cukup jelas dan penyampaiannya sangat baik. Begitu pula pengalaman saya sejauh ini di RSUP Dr M. Djamil. Meskipun beberapa waktu lalu, saat kontrol penyakit saya sendiri terkadang lama dan bertele-tele. Namun itu bisa diselesaikan dengan baik,” ucapnya.
Di samping itu, Raudah (34), seorang ibu yang saat itu sedang menunggu obat di poliklinik untuk anaknya yang dirujuk dari sebuah RS di Kota Solok ke RS M. Djamil karena keluhan (Gerakan Tutup Mulut) GTM parah yang mengakibatkan anaknya mengalami penurunan berat badan drastis. Sebagai peserta BPJS, dirinya mengeluh atas lambatnya pelayanan bagi pasien.
“Pelayanannya agak lambat, karena mungkin anak saya terdaftar sebagai pasien rujukan di Kota Solok sehingga perpindahannya agak lama. Saat mengurus dan menunggu antrian, saya mengeluh kepada petugas dan petugas tersebut mengarahkan saya untuk mengambil antrian secara online melalui aplikasi,” ujarnya.
Terkait penggunaan aplikasi tersebut, sambung Raudah, dirinya tidak menemukan solusi untuk meringkas proses pendaftaran sehingga ia menilai bahwa pendaftaran maupun mengurus administrasi pasien melalui aplikasi tidak tidak efisien karena tidak jauh berbeda dengan pendaftaran secara manual.
Di sisi lain, Danu (43) seorang ayah dari pasien pengidap penyakit tifus yang sudah selesai dikontrol tengah menunggu nama anaknya dipanggil untuk mengambil obat lanjutan di poliklinik. Saat diwawancara, Danu mengaku lebih mudah mengurus kontrol lanjutan secara langsung dibandingkan diurus melalui aplikasi.
“Sudah pernah saya coba memakai aplikasi yang disediakan oleh RS, tapi saya lebih memilih mengurus secara langsung karena lebih mudah dan lebih jelas menurut saya. Tidak apa-apa terkadang menunggu agak lama, tapi bisa langsung saya selesaikan secara tatap muka dengan pihak RS,” ujarnya.
Selain mendapatkan pelayanan yang cukup baik, ia juga bercerita bahwa dirinya pernah mendapatkan pengalaman kurang mengenakkan di RS tersebut. Beberapa waktu lalu, sambungnya, usai istrinya melahirkan dan akan dirujuk untuk pulang, Danu meminta kursi roda kepada nakes yang ada namun tidak direspon dengan baik.
“Saat itu istri saya sudah dirujuk dan diizinkan untuk istirahat di rumah. Karena baru bisa berdiri dan berjalan lagi, saya berinisiatif meminta kursi roda kepada perawat. Namun perawat tersebut menampakkan gelagat sepele karena melihat istri saya sudah cukup kuat untuk berjalan,” tuturnya.
Setelah penolakan dari perawat, sambung Danu, dirinya melaporkan kesan tidak mengenakkan tersebut kepada pihak RS hingga dikonfirmasi bahwa pada saat itu kursi roda yang tersedia memang sangat terbatas. “Saat itu, saya bisa menerima alasan pihak RS, namun saya kurang berkesan dengan respon perawat yang menganggap permintaan saya itu sepele. Semoga ke depannya tidak ada lagi kejadian seperti ini dan RS M. Djamil bisa melengkapi seluruh sarana prasarana yang dibutuhkan pasien,” tutur Danu. (*)