Disnakkeswan Sumbar mencatat, hingga saat ini ada sebanyak 91 kasus PMK yang tersebar di 35 kecamatan di 12 kabupaten/kota. Sepanjang tahun 2024 kemarin, kasus PMK ditemukan hampir di seluruh kabupaten/kota di Sumbar, kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai yang hingga kini telah berhasil dipertahankan nol kasus lewat langkah pengetatan dan pembatasan distribusi. Jumlah kasus PMK tahun lalu, katanya, mencapai 154 kasus. Jumlah sapi yang terserang mencapai 195 ekor.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Disnakkeswan Sumbar, drh. Kamil menyebutkan, PMK yang menyerang sapi-sapi di Sumbar berasal dari luar provinsi.
Ia memastikan bahwa sapi-sapi tersebut tidak berasal dari impor luar negeri, melainkan hasil perdagangan antarprovinsi. “Sampai saat ini, tidak ada sapi impor masuk ke Sumbar. Yang ada adalah sapi-sapi dari luar provinsi seperti Aceh, Medan, dan Riau,” kata Kamil, Rabu (15/1).
Menurut investigasi awal, virus PMK diduga berasal dari sapi yang sedang dalam masa inkubasi sebelum masuk ke Sumbar melalui pasar ternak. Beberapa pasar ternak utama di Sumbar, seperti Palangki di Sijunjung, Muaro Paneh di Solok, dan Tanah Datar, menjadi pusat perdagangan regional.
“Kasus pertama PMK di Sumbar pada 2022 berasal dari sapi yang transit melalui Aceh, Medan, dan Riau sebelum masuk ke pasar ternak Palangki,” ucapnya.
Kamil menjelaskan, program vaksinasi yang sempat terhenti pada pertengahan 2023 berkontribusi pada penurunan kekebalan ternak, sehingga memungkinkan kasus baru bermunculan.