PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) telah mendsitribusikan sebanyak 20 ribu vaksin Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang menjangkit hampir seluruh kabupaten/kota di Sumbar.
Kepala Disnakkeswan Sumbar, Sukarli menyebutkan, bantuan vaksin PMK tersebut berasal dari Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma Jawa Timur guna pencegahan penyebaran kasus tersebut di Sumbar.
“Kemarin kami menerima sebanyak 20 ribu dosis vaksin dari Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma, dan sudah kami distribusikan ke daerah-daerah yang paling terdampak PMK, seperti Kota Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Pasaman Barat,” kata Sukarli, Rabu (15/1).
Selain mendistribusikan vaksin, Disnakkeswan Sumbar juga memperketat pengawasan arus lalu lintas distribusi hewan ternak dari luar provinsi. Selain itu, juga akan melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah pasar ternak yang ada di seluruh wilayah Sumbar.
Di samping itu, Disnakkeswan Sumbar bersama jajaran dinas peternakan kabupaten/kota juga akan segera melakukan langkah pengetatan biosecurity berupa penyemprotan disinfektan di lima pasar ternak regional utam yang menjadi pusat lalu lintas hewan ternak antar kabupaten/kota maupun lintas provinsi.
Penyemprotan ini juga direncanakan menyasar sejumlah pasar ternak lokal yang ada di sejumlah kabupaten/kota, seperti di Lubuk Basung, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan seterusnya. “Kami sudah koordinasikan dengan teman-teman kabupaten/kota yang di wilayahnya ada pasar ternak,” katanya.
Disnakkeswan Sumbar mencatat, hingga saat ini ada sebanyak 91 kasus PMK yang tersebar di 35 kecamatan di 12 kabupaten/kota. Sepanjang tahun 2024 kemarin, kasus PMK ditemukan hampir di seluruh kabupaten/kota di Sumbar, kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai yang hingga kini telah berhasil dipertahankan nol kasus lewat langkah pengetatan dan pembatasan distribusi. Jumlah kasus PMK tahun lalu, katanya, mencapai 154 kasus. Jumlah sapi yang terserang mencapai 195 ekor.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Disnakkeswan Sumbar, drh. Kamil menyebutkan, PMK yang menyerang sapi-sapi di Sumbar berasal dari luar provinsi.
Ia memastikan bahwa sapi-sapi tersebut tidak berasal dari impor luar negeri, melainkan hasil perdagangan antarprovinsi. “Sampai saat ini, tidak ada sapi impor masuk ke Sumbar. Yang ada adalah sapi-sapi dari luar provinsi seperti Aceh, Medan, dan Riau,” kata Kamil, Rabu (15/1).
Menurut investigasi awal, virus PMK diduga berasal dari sapi yang sedang dalam masa inkubasi sebelum masuk ke Sumbar melalui pasar ternak. Beberapa pasar ternak utama di Sumbar, seperti Palangki di Sijunjung, Muaro Paneh di Solok, dan Tanah Datar, menjadi pusat perdagangan regional.
“Kasus pertama PMK di Sumbar pada 2022 berasal dari sapi yang transit melalui Aceh, Medan, dan Riau sebelum masuk ke pasar ternak Palangki,” ucapnya.
Kamil menjelaskan, program vaksinasi yang sempat terhenti pada pertengahan 2023 berkontribusi pada penurunan kekebalan ternak, sehingga memungkinkan kasus baru bermunculan.
Meski sebagian besar sapi yang terinfeksi pada November 2024 telah sembuh, munculnya kembali kasus baru perlu ditangani serius. “Virus PMK yang masih bersirkulasi dan sapi yang masuk dalam kondisi inkubasi memicu kembali munculnya kasus,” kata Kamil.
Pihaknya terus berupaya meningkatkan langkah-langkah pencegahan, termasuk pengawasan ketat pada perdagangan antarprovinsi dan melanjutkan program vaksinasi. Edukasi kepada peternak juga dilakukan agar lebih waspada terhadap gejala klinis PMK dan segera melaporkan temuan kasus. (*)