LIMA PULUH KOTA, HARIANHALUAN.ID — Harga pertanian terutama gabah kering seperti padi, masih normal di Kabupaten Lima Puluh Kota yakni Rp7 ribu per kilogramnya.
Padahal Kabupaten Lima Puluh Kota kerap diguyur hujan bahkan sampai terjadi luapan sungai ke sawah-sawah petani tetapi kondisi tersebut tidak mempengaruhi harga pertanian.
Andi (50) salah seorang petani di Kecamatan Harau mengatakan, beberapa hari lalu sawah yang diolahnya sempat direndam oleh air yang berasal dari luapan anak sungai yang berada di sekitar sawah.
Sawah tersebut dalam masa panen. Setelah air surut dalam sehari, padi di sawahnya langsung dipanen dan dijual ke pemilik heler dekat sana.
“Hasil panen kemarin ada sekitar 1 ton. Ini agak berkurang dari panen sebelumnya. Penyebab karena serangan hama tikus. Hasil panen langsung dijual ke heler dengan harga Rp7.300/kg,” ujarnya, Selasa (21/1).
Begitu juga dengan Irwan (58) petani asal Nagari Taram. Sawah yang diolahnya sempat direndam banjir tetapi masih dalam hjtungan jam.
“Susahnya sekarang untuk menjemur padi. Cuaca hari-hari sekarang tidak menentu. Lebih baik hasil panen langsung dijual. Kemarin padi dijual Rp7.600/kg,” katanya.
Sementara salah seorang toke padi sekaligus pemilik heler di Nagari Bukik Limbuku Armipon mengatakan, harga gabah kering masih normal. Harganya tidak naik ataupun tidak jatuh terlalu jauh.
“Harga padi masih normal diangka Rp 7 ribuan/kilonya. Paling bawah berkisar Rp6.800 dan paling tinggi sampai Rp8.000,”katanya.
Dikatakan pemilik heler Azzura itu, harga padi tergantung dari jenis padi yang dijual oleh petani. Sedangkan untuk beras, katanya, untuk jenis premium masih berkisar Rp17ribu per kilonya. (*)