“Jika jembatan tersebut dijadikan tempat wisata, potensi kemacetan baru bisa muncul karena wisatawan akan berhenti untuk menikmati pemandangan, yang tentu akan mengganggu kelancaran lalu lintas,” kata Yostrizal.
Ia menilai bahwa jika jembatan di kawasan tersebut dijadikan tempat wisata, akan ada potensi kemacetan baru yang muncul karena wisatawan yang berhenti untuk menikmati pemandangan. Bahkan, hal ini dapat mengganggu ketahanan struktural jembatan dalam jangka panjang jika tidak dikelola dengan baik.
“Pengelolaan yang tidak bijak dapat merusak struktur jembatan itu sendiri,” tambahnya.
Untuk itu, Yostrizal menyarankan agar pemerintah membangun spot wisata khusus bagi pengunjung yang ingin menikmati pemandangan di sekitar jembatan, tanpa mengganggu kelancaran lalu lintas.
“Pemerintah harus menyediakan spot wisata khusus agar pengunjung dapat menikmati pemandangan dengan nyaman tanpa mengganggu fungsi jalan sebagai akses transportasi,” ujarnya.
Selain masalah kemacetan, aspek mitigasi bencana juga harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan jalan dan jembatan yang bersisian langsung dengan Samudera Hindia. Yostrizal mengingatkan bahwa struktur jalan dan jembatan harus memperhitungkan potensi bencana alam, seperti gempa bumi, mengingat daerah tersebut berada di zona rawan bencana.
“Penting bagi kita untuk mempertimbangkan risiko bencana alam dalam perencanaan pembangunan, agar jalan dan jembatan dapat tetap berfungsi dengan baik dalam jangka panjang,” tegasnya.