Jembatan sudah, jalan tak sampai. Bangunlah jembatan jiwa, maka rasa akan menyeberangi rindu pada tujuan nan di hati. Dunia adalah jembatan akhirat. Mana pernah ada kampung abadi, sebelum raga bernapas di sini. Hidup adalah jembatan, rentangkanlah ia. Hidup adalah langkah, jalanilah ia.
Haluan selalu punya narasi. Tanpa haluan, hidup terombang ambing. Kalau arah hilang, persimpangan bukan lagi menjadi pilihan; ia adalah keraguan. Ada haluan, keraguan lenyap !
Hidup itu harus jelas. Arah adalah keniscayaan. Haluan hidup untuk diyakini.Ia penghantar langkah ke pulau kebahagiaan yang lebih terarah menuju kepastian-kepastian dari berbagai lapis kemungkinan.
Ini adalah jembatan. Jembatan ini akan menghantarkan kita sampai ke Bandara International Minangkabau. Pihak Pangeran’s hotel, keberatan memberikan lahan untuk jalan sepanjang pantai. Bertahun-tahun silam, saya pernah bertanya kepada Pak Hediyanto (masa itu beliau Kepala Bappeda Sumbar).
“Pak Hedi, bagaimana bila sekiranya, pihak Pangeran hotel tetap tak mau memberi jalan yang persis berada di halaman belakang mereka?”
“Kita bikin saja jembatan di bibir pantai yang melewati lahan mereka !” kata Pak Hediyanto, sahabat yang bertahun-tahun silam kukenal (Ya, ini hari kuberkirim alfatihah padamu, Pak !)
Begini saja ! Haluan selalu punya narasi di balik fakta dan data. Baca saja Haluan Minggu. Apa saran Pak Gamawan?Apa kata Kepala Bappeda, Medi—yang smart dan santun—itu? Kemudian apa komentar Ade Edwar? Lalu, Gubernur kita bicara tentang “ Jalan Kesungguhan Mahyeldi Mewujudkan Impian “ di jalan pantai. Sudah itu, baca Filsafat Haluan.Pikiran; Pinto Janir. Kita bercerita tentang lekat tangan Zainal Bakar, gubernur kita dahulu. Alfatihah, utk Pak Zainal…
Ya selamat berhaluan.
Selamat berhari minggu !
Salam Haluan Bhumiputra.
Penulis: Pinto Janir
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN HARIAN UMUM HALUAN EDISI MINGGI, 5 JUNI 2022….