PADANG, HARIANHALUAN.ID — Kepala BMKG Minangkabau, Desindra mengatakan, kegiatan penebaran garam untuk mengurangi dampak buruk bencana hidrometeorologi yang dimulai sejak 21 Januari awalnya direncanakan hanya berlangsung hingga 23 Januari.
“Awalnya kami rekomendasikan untuk melakukan modifikasi cuaca ini hingga tanggal 23 saja. Tetapi melihat pergerakan awan, diperpanjang hingga 28 Januari,” ucapnya.
Penebaran dilakukan di seluruh wilayah Sumbar, dengan fokus utama di daerah pesisir barat seperti Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat. Hal ini mengingat kawasan pesisir memiliki risiko tinggi terhadap cuaca ekstrem.
Modifikasi cuaca sendiri bertujuan untuk meminimalisir curah hujan deras yang berpotensi memicu bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan banjir bandang di Sumbar. Dengan langkah ini, curah hujan di Sumatra Barat sejauh ini berhasil ditekan agar tidak terlalu tinggi. “Karena sering terjadinya bencana seperti banjir, longsor hingga banjir bandang, makanya dilakukan modifikasi cuaca ini,” kata Desindra.
Kegiatan modifikasi cuaca ini merupakan langkah mitigasi yang diharapkan mampu mencegah kerugian besar akibat bencana. BMKG dan pemerintah daerah berkomitmen untuk terus memantau dan menyesuaikan strategi berdasarkan kondisi cuaca terkini. (*)